Mendag Janjikan Harga Gula Kembali Normal Sebelum Lebaran
Reporter
Ahmad Fikri (Kontributor)
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 8 Mei 2020 19:27 WIB
TEMPO.CO, Bandung - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menjanjikan harga gula akan pulih dalam waktu dekat. “Berkaitan dengan tadi gula, saya pastikan, dalam waktu beberapa hari ke depan akan turun. Dan mudah-mudahan sebelum Lebaran ini sudah di normal kembali,” kata dia, di sela acara kunjungan kerjanya yang disiarkan streaming, dari Gedung Negara Pakuan, Bandung, Jumat, 8 Mei 2020.
Agus mengatakan, kenaikan harga gula terjadi akibat pergeseran musim giling tebu. “Beberapa waktu lalu harga gula memang sedikit shortage karena perubahan musim giling yang harusnya April ini, bergeser ke Juni,” kata dia.
Penurunan harga gula, menurut dia, tinggal menunggu pemerataan proses distribusi. “Untuk pasar modern sudah Rp 12.500, namun sekarang dalam pasar tradisional, kita dalam proses distribusi. Sehingga diharapkan yang tadinya sekarang sudah sekitar Rp 14-15 ribu, dalam waktu dekat akan kembali normal,” kata Agus.
Agus mengatakan, pemerintah juga menjamin ketersediaan stok bahan makanan lainnya. “Kami pastikan barang-barang tersebut cukup, sehingga masyarakat tahu akan hal ini, dan juga baik hal-hal lainnya. Artinya bahan pokok pun kita jamin ketersediaannya cukup pada Lebaran nanti, sampai nanti Juni,” ucapnya.
Agus mengatakan, Kementeriannya juga akan mengupayakan dampak seminimal mungkin dari pandemi Covid-19 bagi produsen, konsumen, dan pedagang. “Termasuk dalam situasi Ramadhan, dan menuju hari besar keagamaan nasional yaitu Idul Fitri yang rentan terjadinya kelangkaan barang, dan kenaikan harga barang pokok."
Dia mencontohkan stok beras yang diklaim cukup hingga Juli. “Beras kami pastikan cukup sampai nanti bulan Juli. Dan memang ini sedang musim panen raya, nah ini harus juga panen ini, masa tanam berikutnya di percepat karena ada prediksi kemarau ini akan panjang,” kata Agus.
Agus mengatakan, Kementerian Perdagangan juga akan membenahi distribusi barang antar daerah. “Kami akan cek lagi, bagaimana mendistribusikan ke depannya. Hal-hal yang dikatakan tadi, ada yang defisit, di provinsi lain yang surplus, ini yang kami akan didistribusikan dengan baik,” tuturnya.
Agus mengatakan, kebijakan Menteri Perhubungan yang mengizinkan moda transportasi kembali beroperasi sekaligus untuk memastikan distribusi logistik lancar. “Memang, transportasi di buka itu salah satunya untuk melakukan distribusi logistik,” kata dia.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, pasokan logistik untuk Jawa Barat yang tengah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masih aman. “Persediaan losgistik sampai Lebaran itu aman terkendali, dan juga beberapa bulan ke depan,” kata dia, Jumat, 8 Mei 2020.
Ridwan Kamil mengatakan, Jawa Barat memiliki sejumlah produk pangan yang suprlus, tapi ada yang defisit. Beras dan daging ayam misalnya surplus di Jawa Barat. “Yang defisit kita itu gula karena masalah di semua daerah, kemudian telur juga masih defisit. Oleh karena itu kita perlu tanda kutip, impor, dari provinsi tetangga,” kata dia.
Ridwan Kamil mengatakan, rapat semua gubernur beberapa waktu lalu menyepakati untuk mulai serius menguatkan perdagangan antar daerah. “Perdagangan antara provinsi ini akan mulai menjadi atensi lebih besar, sehingga di momen-momen ini misalnya, kita punya beras surplus di Jawa Barat, akan ditawarkan ke provinsi-provinsi lain,” kata dia.
Di sela kunjungan kerja tersebut, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto juga membuka simbolis Pasar Digital Jawa Barat. “Selama ini pasar digital hanya untuk konsumsi menengah atas, sementara menengah bawah yang ada di pasar tradisional belum tersentuh. Dengan keterpaksaan situasi ini, kita mengedukasi, di mulai dari sisi konsumennya,” kata Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil mengatakan, pasar digital di Jawa Barat mulai diterapkan sejumlah pasar tradisional di Kota Bandung. “Kita lihat di Kota Bandung, sekitar 2 minggu lalu, sudah lebih dari 10 pasar sudah mendeklarasikan siap dan sudah melaksanakan pasar digital. Hanya belum kita evaluasi, berapa persen dari kebiasaan 100 persen yang datang fisik, dengan kebijakan itu menjadi digital commerce. Itu belum terukur,” kata dia.