Kata Inaca Soal Kargo Murah Dinilai Picu Persaingan Tak Sehat
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Kodrat Setiawan
Senin, 4 Mei 2020 09:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carrier Association (INACA) Bayu Sutanto enggan menanggapi keluhan Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik (Asperindo) terkait murahnya harga pengangkutan barang atau kargo udara yang ditetapkan maskapai penumpang. Musababnya, menurut Bayu, persoalan itu murni merupakan skema bisnis b to b atau business to business.
"Ini merupakan ranah b to b. Kami enggak pernah ada (komunikasi dengan Asperindo) karena itu ranah maskapai secara b to b," ujarnya saat dihubungi Tempo pada Senin, 3 Mei 2020.
Meski demikian, Bayu mengakui saat ini maskapai hanya dapat mengandalkan pendapatan non-penumpang alias dari pengangkutan kargo. Adapun barang-barang yang banyak diangkut oleh operator penerbangan itu mayoritas berupa alat kebutuhan penanganan virus corona.
Barang-barang yang ia maksud ialah alat-alat kesehatan, vitamin, alat perlindungan diri (APD), obat-obatan, dan lain-lain. Biasanya, ujar Bayu, pengangkutan ini pun dilakukan maskapai dengan melibatkan pihak ketiga atau agen.
"Jadi sedikit yang dilakukan langsung (pelanggan langsung ke maskapai)," tuturnya.
Ketua Bidang Transportasi dan Infrastruktur Asperindo Hari Sugiandi sebelumnya mengeluh lantaran sejumlah maskapai penumpang mematok harga jauh di bawah harga pasar untuk biaya pengiriman kargo udara. Menurut dia, semestinya pengiriman kargo yang diumumkan secara resmi dipatok seharga Rp 77.300 per kilogram.
"Namun maskapai penumpang menjualnya dengan harga Rp 53 ribu per kilogram. Ini otomatis tidak membangun UKM yang sudah berjalan, sudah ada, kenapa (mereka) tidak ikuti harga itu," katanya, Ahad, 3 Mei 2020.
Hari mengatakan saat ini anggota Asperindo menyewa pesawat mandiri untuk mengangkut kiriman paket yang harus didistribusikan ke berbagai daerah.
Dia menyebut kemunculan sejumlah maskapai penumpang sebagai angkutan kargo tersebut sebenarnya tidak masalah. Namun, yang terjadi saat ini adalah adanya pemberian harga yang jauh di bawah harga pasar biaya pengiriman kargo udara menimbulkan persoalan bagi Asosiasi.
Dia menyebut persaingan semakin ketat karena seluruh maskapai penumpang ikut bermain di pengangkutan kargo udara."Dengan demikian, saat ini terjadi saling tarik pelanggan pengguna kargo udara, padahal sekarang maskapai yang jual murah, berjalan pun rugi," katanya.
Dikonfirmasi terkait hal itu, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra mengatakan akan melakukan penelaahan. "Kami akan cek," ujarnya dalam pesan pendek.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | BISNIS