Pandemi Corona, Alternatif Investasi Ini Bisa Dipilih

Minggu, 12 April 2020 19:29 WIB

Ilustrasi perencanaan keuangan (pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Perencana keuangan dari Financia Consulting Eko Endarto menyebut saham dan reksadana saham masih bisa menjadi pilihan investasi meski di masa darurat wabah Virus Corona alias COVID-19. Ia pun memberikan tips agar risiko dari gejolak ekonomi dari wabah itu bisa seminimum mungkin terhadap investasi.

Pertama, kata Eko, fokuslah untuk berinvestasi jangka panjang alias lebih dari dua tahun. "Jadi itu uang harus yang bukan dipakai untuk harian, itu uang mati atau uang untuk jangka panjang," ujar dia kepada Tempo, Ahad, 12 April 2020.

Saran itu disampaikan lantaran ia memperkirakan kondisi ekonomi bisa pulih dalam dua tahun ke depan. Asumsinya, wabah Corona mereda pada pertengahan tahun ini dan kondisi pulih dalam enam bulan. Setelah itu, dalam satu atau dua tahun nilai saham mulai menanjak naik lagi.

Dengan demikian, Eko menyarankan agar investor bukan berfokus kepada bunga bulanan melainkan kepada peningkatan nilai pada jangka panjang. "Karena ada yang investasi tapi ingin setiap bulan mendapatkan hasil. Jadi fokusnya harus di peningkatan nilai."

Kendati demikian, Eko mengingatkan agar tetap menyiapkan terlebih dahulu dana cadangan sebelum membeli produk investasi. Dana cadangan itu dapat berbentuk uang tunai maupun emas yang relatif mudah dicairkan ketimbang saham. Dana cadangan itu, tutur dia, besarnya berkisar tiga sampai enam kali pengeluaran bulanan.

Dengan begitu, masyarakat yang akan berinvestasi bisa menjamin dulu kehidupannya minimum dalam enam bulan ke depan dalam kondisi yang serba tidak pasti ini. "Memang kita berbicara jangka panjang, tapi jangka pendek jangan babak belur. Kalau punya gaji sih oke, kalau tidak punya bagaimana? Perusahaan juga tidak tahu berapa lama bisa bertahan kan," tuturnya.

Setelah dana cadangan minimum terpenuhi, barulah uang yang tersisa dan tidak digunakan bisa digunakan untuk berinvestasi jangka panjang. Untuk memilih produk yang tepat, Eko menyarankankan agar masyarakat memilih produk investasi yang saat ini nilainya sedang turun seperti saham dan reksadana saham. Sebab, ketika ekonomi pulih, dua produk yang saat ini nilainya anjlok diperkirakan melambung.

Apabila masih ada dana lain yang belum dipergunakan, bisa juga masuk ke emas, reksadana pendapatan tetap atau ke obligasi. "Tapi kenaikannya pasti tidak akan tinggi lagi. Emas itu tidak akan tinggi lagi, malah kalau normal pasti turun karena orang keluar dari emas," tutur Eko.

Untuk memilih produk reksadana saham maupun saham yang tepat untuk dibeli, Eko mengingatkan agar memperhatikan kinerja historis dalam lima tahun ke belakang, serta bisa dibandingkan dengan indeks saham gabungan saat ini. "Kalau IHSG turun 50 persen, tapi sahamnya turun 30 persen, itu cukup bagus dan bisa jadi pilihan."

CAESAR AKBAR

Berita terkait

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

1 hari lalu

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

IHSG menguat 0,86 persen ke level 7.097,2 dalam sesi pertama perdagangan Senin, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

5 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

5 hari lalu

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

Presdir Unilever Indonesia, Benjie Yap mengatakan salah satu hal yang penting bagi investor adalah fundamental bisnis.

Baca Selengkapnya

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

5 hari lalu

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

PT Unilever Indonesia Tbk. meraup laba bersih Rp 1,4 triliun pada kuartal pertama tahun 2024 ini.

Baca Selengkapnya

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

6 hari lalu

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

IHSG sesi I ditutup menguat 0,81 persen ke level 7.168,5. Nilai transaksi mencapai Rp 6,6 triliun.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

8 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

IHSG Melemah Investor Tunggu Perkembangan Sengketa Pilpres, Rupiah Menguat

8 hari lalu

IHSG Melemah Investor Tunggu Perkembangan Sengketa Pilpres, Rupiah Menguat

IHSG ditutup melemah seiring pelaku pasar masih bersikap 'wait and see' terhadap hasil sidang sengketa Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Pembacaan Putusan MK Pengaruhi IHSG, Perdagangan Ditutup Melemah 7.073,82

8 hari lalu

Pembacaan Putusan MK Pengaruhi IHSG, Perdagangan Ditutup Melemah 7.073,82

Putusan MK terkait sengketa Pilpres diprediksi akan mempengaruhi IHSG. Perdagangan hari ini ditutup 7.073,82 atau melemah 13,50 basis poin.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

8 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

12 hari lalu

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

SimInvest memprediksi dampak konflik timur Tengah tak begitu berpengaruh langsung terhadap bursa saham Indonesia.

Baca Selengkapnya