Sejumlah Negara Lakukan Lockdown, Harga Minyak Turun ke USD 28,7
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 17 Maret 2020 15:05 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak dunia kembali melemah dan kini mendekati level terendah dalam empat tahun terakhir pada perdagangan hari ini, Selasa, 17 Maret 2020. Penurunan harga emas hitam ini terjadi setelah sejumlah negara memperketat pembatasan akses masuk untuk membendung penyebaran virus Corona atau Covid-19.
Data Bloomberg harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak April menguat 4,04 persen atau 1,16 poin ke level US$ 29,86 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 12.50 WIB. Pada hari Senin kemarin, WTI ditutup anjlok 3,03 poin ke US$ 28,7 per barel.
Pada waktu yang sama, siang ini minyak mentah Brent untuk kontrak Mei menguat 2,1 persen atau 0,63 poin menuju US$ 30,68 per barel. Sebelumnya Brent ditutup melemah 3,80 poin ke level US$ 30,05 per barel, setelah sempat turun di bawah US$30 untuk pertama kalinya sejak 2016.
Para pemimpin negara G-7 mengatakan mereka akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk memastikan tanggapan yang terkoordinasi secara global terhadap pandemi Covid-19 dan dampak ekonominya.
Presiden AS Donald Trump telah mengimbau warga Amerika harus menghindari berkumpul dalam kelompok lebih dari 10 orang, sedangkan Kanada menutup perbatasannya dan melarang warga asing masuk. Adapun Prancis tengah mempertimbangkan memperketat lockdown nasional, sementara Jerman menutup perbatasannya dengan lima negara tetangga.
Anjloknya harga minyak pada Senin kemarin karena langkah darurat besar-besaran oleh The Federal Reserve untuk melindungi ekonomi gagal memadamkan ketakutan pasar, dengan indeks S&P 500 jatuh 12 persen. Proyeksi permintaan minyak minyak global pun dipangkas ketika langkah-langkah pemerintah menahan penyebaran Covid-19 direspons positif pasar.
Pada saat yang sama, produsen raksasa menggenjot pasokan ke pasar setelah runtuhnya aliansi OPEC+. Arab Saudi tidak menunjukkan tanda-tanda mundur dalam perang harga dengan Rusia, setelah Aramco mengatakan 'sangat nyaman' dengan harga minyak di bawah US$ 30 per barel.
"Bahan bakar semakin hancur," kata Phil Flynn, analis pasar senior di Price Futures Group Inc, seperti dikutip Bloomberg. "Hancurnya permintaan yang kami khawatirkan sudah terjadi."
BISNIS