Imbas Corona, Sri Mulyani Prediksi Defisit APBN Bakal Naik
Reporter
Antara
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 9 Maret 2020 20:12 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi defisit pada APBN 2020 akan naik terhadap Produk Domestik Bruto. Kenaikan defisit karena dampak dari wabah virus Corona baru atau COVID-19 yang telah menghambat kegiatan perekonomian global.
Sri Mulyani mengatakan virus Corona telah menekan proyeksi pagu penerimaan di APBN karena disrupsi pada permintaan dan pasokan barang di rantai pasok ekonomi global. Melemahnya permintaan membuat banyak harga komoditas menurun, termasuk komoditas ekspor Indonesia.
Hal tersebut berimplikasi terhadap penerimaan negara, misalnya dari sektor minyak dan gas bumi. Penghimpunan pajak dari sektor-sektor lainnya pun terganggu karena penyesuaian kinerja di dunia usaha, akibat virus Corona.
Oleh sebab itu, Sri Mulyani memperkirakan defisit APBN 2020 akan meningkat. "Saat ini kita mengindikasikan, defisit itu ada di dalam kisaran 2,2 hingga 2,5 persen. Namun kita akan lihat nanti dari sisi penerimaan maupun dari sisi belanjanya," katanya, di lingkungan Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 9 Maret 2020.
Pada asumsi makro UU APBN 2020 pemerintah menargetkan defisit anggaran sebesar 1,76 persen Produk Domestik Bruto (PDB) atau Rp 307,2 triliun. Perhitungan defisit itu berdasarkan belanja negara yang dipatok Rp 2.540,4 triliun, sedangkan pendapatan negaranya Rp 2.233,2 triliun.
Di tengah penerimaan negara yang tersendat, Sri Mulyani mengatakan pemerintah masih mengoptimalkan pagu belanja untuk meningkatkan kontribusi fiskal ke perekonomian. Hal itu karena ekonomi domestik membutuhkan stimulus dari instrumen fiskal yakni APBN agar dampak dari tekanan ekonomi global dapat diminimalisir.
"Untuk tahun 2020, kita akan terus menggunakan instrumen fiskal kita. Memang, suasananya memang sangat dinamis. Namun kita akan tetap mencoba merumuskan kebijakan fiskal untuk meminimalkan dampak negatif yang berasal dari COVID-19," ujar Sri Mulyani.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menegaskan pemerintah tidak akan lambat dalam menanggapi dinamika perekonomian global yang sedang 'berperang' menghadapi COVID-19. "Karena situasinya masih bergerak terus. Maka yang disebut perumusan stimulus fiskal akan kita desain sesuai dengan perkembangan yang ada," ujar Sri Mulyani.
Selain COVID-19, fluktuasi harga minyak mentah dunia juga menjadi tantangan yang sedang dikalkulasi pemerintah. Pasalnya, penurunan harga minyak akan berdampak langsung terhadap penerimaan negara dari sektor energi.
ANTARA