Sri Mulyani Kritik Kemendag: Perizinan Jangan Ruwet Bundet Mampet

Jumat, 6 Maret 2020 05:28 WIB

Ekspresi Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani saat memberikan keterangan pers tentang realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 per akhir Oktober 2019 di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin, 18 November 2019. Kementerian Keuangan mencatat realisasi belanja negara hingga 31 Oktober 2019 baru sampai 73,1 persen atau Rp1.798 triliun dari target APBN 2019 sebesar Rp 2.461,1 triliun. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan Kementerian Perdagangan agar mempermudah perizinan ekspor, seiring berbagai relaksasi yang telah diberikan di bidang moneter dan fiskal. Sebab, ia mengatakan sektor penting selain moneter dan fiskal adalah kebijakan perdagangan.

"Jalannya harus ke sana untuk sama-sama membuat ekonomi reviving, kebijakan moneter sudah relaksasi, di fiskal kami coba injeksi ekonomi lewat APBN. Tapi di sektor perdagangan masih ruwet semuanya, ruwet bundet mampet, ya nanti mampet saja," ujar Sri Mulyani di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis, 5 Maret 2020.

Belakangan, setelah merebaknya virus Corona, pemerintah memang berupaya menggenjot perekonomian melalui berbagai cara. Sebab, mewabahnya penyakit pernafasan itu sempat menekan turun harga saham dan membuat bank sentral di seluruh dunia menurunkan suku bunganya ke tingkat yang sangat rendah.

Kondisi itu juga terjadi di Bank Indonesia. Sri Mulyani mengatakan suku bunga saat ini sudah turun kembali ke 4,75 persen dan giro wajib minimum diperlonggar untuk membuat bank merasa memiliki ruang likuiditas dan harga yang rendah untuk penyaluran kredit. Namun persoalannya adalah pelaku usaha tidak mau mengambil kredit bila ekonomi tidak berkembang.

Karena itu, ia mengingatkan bahwa Kementerian Perdagangan memiliki peran yang cukup kuat untuk bisa mendorong kinerja perekonomian itu, salah satunya melalui efisiensi perizinan. Sri Mulyani mengambil contoh potensi ekspor Indonesia yang besar.

Menurut dia, potensi itu bisa direalisasikan apabila perizinan lebih sederhana."Misalnya menangkap ikan di Laut Natuna dan dimasukkan ke kapal siap berangkat, tapi surat perizinan harus ke Jakarta. It doesn't make sense," ujar Sri Mulyani.

Untuk mendukung ekspor itu, ia telah meminta Direktorat Jenderal Bea Cukai untuk menyelesaikan persoalan itu, sehingga berbagai macam perizinan bisa diselesaikan di titik ekspor. Ia meminta Kementerian Perdagangan juga mendukung langkah itu sehingga perizinan lebih cepat.

Kemudahan ekspor impor sempat dibahas oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Ia mengatakan pemerintah tengah menyiapkan paket stimulus ekonomi jilid kedua untuk mendorong sektor riil di tengah tekanan perekonomian akibat Virus Corona. "Pemerintah akan mengeluarkan paket kedua terkait dengan kemudahan impor dan ekspor," ujar dia.

Upaya mendorong sektor riil, kata Airlangga, juga dilakukan dengan memantau situasi kredit dan dana yang masuk ke perbankan. Stimulus itu diharapkan bisa mendorong roda perekonomian bersamaan dengan insentif jilid pertama yang sebelumnya telah diumumkan.

"Kami telah mendengarkan masukan dari stakeholder dan CEO perbankan, serta menyampaikan prioritas pemerintah dengan stimulus paket pertama dan kemudian kebijakan yang diambil BI dan OJK, harapannya transmisi penurunan suku bunga BI bisa dirasakan oleh masyarakat," kata Airlangga.

Sebelumnya, Airlangga menyampaikan bahwa stimulus kali ini akan membantu perusahaan-perusahaan berskala menengah. Sementara paket stimulus yang diumumkan pada akhir bulan lalu menyasar perusahaan-perusahaan berskala mikro dan kecil. Selain itu, paket stimulus ini akan mengatur soal pemangkasan proses prosedur ekspor hingga pemotongan bea impor untuk berbagai macam produk.

Berita terkait

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

12 jam lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

12 jam lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

13 jam lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

1 hari lalu

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

Amnesty International menyiarkan temuan adanya jaringan ekspor spyware dan pengawasan ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

2 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

2 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

2 hari lalu

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

Penerimaan Bea Cukai Januari-Maret turun 4,5 persen dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

2 hari lalu

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia mengatakan kinerja ekspor sawit mengalami penurunan. Ini penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

3 hari lalu

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

Ikappi merespons ramainya isu Kementerian Koperasi dan UKM membatasi jam operasional warung kelontong atau warung madura.

Baca Selengkapnya