Tempo.Co, Jakarta - Komisi Pengawas Persaingan Usaha atau KPPU meminta masyarakat tak panik berbelanja masker di tengah mewabahnya virus corona atau Covid-19. Juru bicara sekaligus komisioner KPPU, Guntur Saragih, mengatakan saat ini tingginya harga masker di lapangan dipicu oleh peningkatan demand atau permintaan.

"Terjadi pembelian yang melebihi skala konsumsi. Kami harap konsumen cerdas karena bila panik bertransaksi, hal tersebut makin mempersulit keadaan," kata Guntur di kantornya, Selasa, 3 Maret 2020.

Guntur mengimbuhkan, dalam kondisi sekarang, pasokan masker di Indonesia tidak sesuai dengan permintaan pasar yang terlampau tinggi. Di samping itu, stok yang menipis ini tidak diimbangi dengan peningkatan suplai.

Di tempat yang sama, Direktur Ekonomi M. Zulfirmansyah KPPU Firmansyah mengatakan tirisnya suplai masker di Indonesia disebabkan oleh berkurangnya pasokan barang dari Cina. Ia menjelaskan, Indonesia memang tercatat mengimpor masker dari Negeri Tirai Bambu untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

"Jadi untuk sementara, kenaikan harga terjadi karena fenomena itu. Untuk harga, kami tidak bisa bilang ini normal atau tidak karena semua orang memang kebutuhan tinggi dan stok langka," ujarnya.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan yang dihimpun KPPU, terdapat 22 importir masker di Indonesia. Importir-importir itu tercatat memasok barang dari Cina. Adapun jumlah produsen dalam negeri tercatat 23 perusahaan dan distributornya sebanyak 55 perusahaan.

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto sebelumnya mengimbau kepada masyarakat agar tak berbondong-bondong membeli masker. Menurut dia, masyarakat yang sehat tak perlu mengenakan masker. "Keputusannya dari WHO itu, yang sakit yang pakai masker. Kalau yang sehat, ndak usah," ujar Terawan di Istana Negara, 2 Maret lalu.