Nilai Tukar Rupiah Anjlok, BI Tingkatkan Intervensi dI Pasar
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Senin, 2 Maret 2020 15:40 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan BI meningkatkan intensitas triple intervention. Hal itu bertujual agar nilai tukar rupiah bergerak sesuai dengan fundamentalnya dan mengikuti mekanisme pasar.
"Untuk itu, Bank Indonesia akan mengoptimalkan strategi intervensi di pasar DNDF, pasar spot, dan pasar SBN guna meminimalkan risiko peningkatan volatilitas nilai tukar rupiah," kata Perry di kantor Bank Indonesia, Jakarta, 2 Maret 2020.
Dia mengatakan kebijakan itu untuk memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dan Otoritas lain dalam melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah dan memitigasi dampak risiko COVID-19 terhadap perekonomian domestik. Menurutnya pemerintah telah dan akan terus meningkatkan ruang stimulus fiskal dan memberikan kemudahan berusaha di sektor riil termasuk kegiatan pariwisata dan ekspor-impor, sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi.
Bank Indonesia terus konsisten menjaga stabilitas moneter, nilai tukar Rupiah, dan pasar keuangan, serta mendorong momentum pertumbuhan ekonomi. Otoritas Jasa Keuangan menempuh kebijakan untuk melakukan stabilisasi pasar saham serta terus memperkuat ketahanan industri perbankan dan jasa keuangan lain.
Dia menurutkan pembelian SBN di pasar sekunder kata dia sudah mencapai Rp 103 triliun. "Di antaranya Rp 80 triliun kami beli SBB di pasar sekunder, tidak ada batasnya karena tujuan menstabilkan nilai tukar rupiah," ujarnya.
Kurs rupiah hari ini, Senin, 2 Maret 2020, menyentuh posisi Rp 14.413 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor). Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menyebutkan kurs referensi Jisdor di level Rp 14.413 per dolar AS. Angka itu melemah 179 poin atau 1,26 persen dari Rp 14.234 pada Jumat pekan lalu.
Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terpantau melemah 57 poin atau 0,4 persen ke level Rp 14.375 per dolar AS pada pukul 08.42 WIB dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Perry mengatakan ketidakpastian pasar keuangan makin meningkat pasca ditemukannya kasus COVID-19 di luar Cina. Investor global menarik penempatan dananya di pasar keuangan negara berkembang dan mengalihkan kepada aset keuangan dan komoditas yang dianggap aman seperti UST Bond dan emas.
"Kondisi ini kemudian menekan pasar keuangan dunia dan memberikan tekanan depresiasi cukup tajam pada banyak mata uang global, termasuk Indonesia," kata dia.
HENDARTYO HANGGI | BISNIS