Dampak Corona, Pasokan Bahan Baku Manufaktur Mulai Terganggu

Rabu, 26 Februari 2020 05:34 WIB

Para pekerja membuat pakaian pelindung di sebuah pabrik di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, 28 Januari 2020. Xinhua/Cai Yang

TEMPO.CO, Jakarta - Ketersediaan bahan baku sejumlah industri yang diimpor dari Cina mulai terdampak akibat penyebaran virus corona atau Covid 19. Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia Dorodjatun Sanusi mengatakan sekitar 60-62 persen bahan baku obat impor berasal dari Cina. Sebagian besar, bahan baku tersebut diproduksi di Hubei dan sekitarnya, yang merupakan sumber penyebaran virus.

"Sebanyak 20 persen impor bahan baku obat yang berasal dari India pun ternyata bahan awalan mereka juga berasal dari Cina. Dampaknya besar sekali dan dirasakan oleh negara lain terkait Cina," ujar Dorodjatun kepada Tempo, Selasa 25 Februari 2020.

Dorodjatun mengatakan produksi bahan baku dari Cina belum pulih sejak libur panjang akhir tahun hingga saat ini. Selain masalah produksi, Dorodjatun mengatakan aktivitas logistik juga masih terhambat. Ketidakpastian ini, kata Dorodjatun, telah menyebabkan kenaikan harga bahan baku obat. Bahkan kenaikan harga bahan baku di India sudah menembus 40 persen.

Saat ini, pasokan bahan baku obat dalam negeri masih tersedia hingga Maret mendatang. Meski begitu, untuk memenuhi kebutuhan setelah Maret sudah dipastikan ada kenaikan harga bahan baku dan berubah setiap saat. "Pengaruhnya setelah Maret ini kami baru bisa lihat. Masalah ketidaktersediaan bahan baku ini bisa serius, umumnya order (bahan baku) sekarang (harganya) sudah naik," kata dia.

Dampak penurunan pasokan bahan baku juga dirasakan oleh industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil Rakhman mengatakan pasokan bahan baku untuk dye stuff atau obat celup, kain, hingga suku cadang mesin industri garmen dari Cina saat ini sudah terhenti.

"Selama ini ketiga bahan ini impor dari Cina dan pasokannya tidak pernah banyak karena sesuai pengiriman. Kalau ada keterlambatan bahan baku, terancam akan ada keterlambatan ekspor," ujar Rizal kepada Tempo, kemarin.

Keterlambatan pengiriman, ujar Rizal, juga bisa berdampak pada sanksi atau penalty dari negara pengimpor, khususnya garmen. Menurut Rizal, pelaku usaha bisa saja memasok bahan baku selain dari Cina, seperti India, Korea, dan Vietnam. Namun, sudah dipastikan harga lebih mahal 20 hingga 30 persen. Dengan terganggunya pasokan bahan baku. Rizal memprediksi capaian ekspor tahun ini bisa meleset dari target.

"Kami butuh kepastian kapan shipment (pengiriman) kapan berjalan secepatnya. Pemerintah juga bisa fasilitas kebutuhan yang bisa disuplai oleh produksi lokal," ujar Rizal.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan penyebaran dampak virus corona mempengaruhi impor barang baku yang selama ini kontribusinya 74 persen dari total impor. Meski saat ini pasokan masih mencukupi, Susiwidjono memprediksi dalam satu hingga dua bulan ke depan siklus manufaktur akan kesulitan produksi.

"Puncaknya Covid 19 itu sekitar 20 hingga 30 Januari. Kalau dua bulan lebih, itu berarti di pertengahan Maret mulai terasa. Jadi pemerintah harus mulai memikirkan ini," ujar Susiwidjono.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani mengatakan terganggunya altivitas manufaktur akibat terhambatnya pasokan bahan baku masih sulit diatasi. Menurut dia, kendalanya ada pada disrupsi rantai pasok bahan baku produksi. Satu-satunya solusi, ujar Shinta, adalah dengan mendiversifikasi pasokan tersebut dari dalam negeri maupun di negara lain.

<!--more-->

Namun, kata dia, hal tersebut tidak mudah karena sangat tergantung pada infrastruktur pendukung industri, skala produksi, ketersediaan bahan baku pendukung, ketersediaan tenaga kerja terampil, efisiensi logistik, dan biaya rantai pasok lain yang mempengaruhi harga bahan baku industri.

"Hanya negara tertentu yang mampu mensupply bahan baku sebanyak dan sekompetitif Cina," kata dia.

Menurut dia, yang dibutuhkan pelaku usaha saat ini adalah stimulasi dari pemerintah, baik itu insentif, kebijakan, hingga kemudahan birokrasi untuk kegiatan ekonomi produktif. Pasalnya, kata dia, kondisi manufaktur saat ini sekarang sedang terancam tidak bisa produksi karena gangguan rantai pasok.

"Kalau stimulasi justru diberikan pada konsumsi, justru akan menjadi masalah kelangkaan barang di pasar yang bisa menciptakan kenaikan harga dan mengganggu kontrol terhadap inflasi," kata dia.


Berita terkait

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

2 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

Penjualan Manufaktur Suku Cadang Lesu, Pendapatan VKTR Teknologi Turun

4 hari lalu

Penjualan Manufaktur Suku Cadang Lesu, Pendapatan VKTR Teknologi Turun

Pendapatan PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk. (VKTR) turun karena penjualan manufaktur suku cadang lesu.

Baca Selengkapnya

Menperin Sebut Produk Apple Bisa Lebih Murah Kalau Proses Manufaktur di Indonesia

17 hari lalu

Menperin Sebut Produk Apple Bisa Lebih Murah Kalau Proses Manufaktur di Indonesia

Pemerintah menginginkan perusahan-perusahaan teknologi dunia seperti Apple menjadikan Indonesia sebagai bagian supply chain.

Baca Selengkapnya

4 Tahun Pandemi Covid-19, TPU di Jakarta sempat Kehabisan Tempat Penguburan Korban Virus Corona

53 hari lalu

4 Tahun Pandemi Covid-19, TPU di Jakarta sempat Kehabisan Tempat Penguburan Korban Virus Corona

Di Jakarta, setidaknya ada dua TPU yang jadi tempat permakaman korban saat pandemi Covid-19, yakni TPU Tegal Alur dan Pondok Ranggon.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Hari-hari Menegangkan 4 Tahun Lalu Saat Mula Wabah Pandemi Covid-19

54 hari lalu

Kilas Balik Hari-hari Menegangkan 4 Tahun Lalu Saat Mula Wabah Pandemi Covid-19

WHO tetapkan 11 Maret 2020 sebagai hari pertama pandemi global akibat wabah Covid-19. Kini, 4 tahun berlalu, masihkan patuhi protokol kesehatan?

Baca Selengkapnya

Pria Ini Sudah Disuntik Vaksin Covid-19 217 Kali, Apa Dampaknya?

59 hari lalu

Pria Ini Sudah Disuntik Vaksin Covid-19 217 Kali, Apa Dampaknya?

Seorang pria di Jerman mendapat suntikan Vaksin Covid-19 sebanyak 217 kali dalam waktu 29 bulan.

Baca Selengkapnya

4 Tahun Pasca Kasus Pertama Covid-19 di Indonesia, Berikut Kilas Baliknya

6 Maret 2024

4 Tahun Pasca Kasus Pertama Covid-19 di Indonesia, Berikut Kilas Baliknya

Genap 4 tahun pasca kasus Covid-19 teridentifikasi pertama kali di Indonesia pada 2 Maret 2020 diikuti sebaran virus yang terus meluas.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Melemah ke Rp 15.724 Kemarin, Hari Ini Fluktuatif

5 Maret 2024

Rupiah Ditutup Melemah ke Rp 15.724 Kemarin, Hari Ini Fluktuatif

Mata uang rupiah diprediksi fluktuatif pada Selasa, 5 Maret 2024. Apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Kemenperin Targetkan Espor Manufaktur 2024 Rp 302 T, Fokus Diversifikasi Produk Bernilai Tinggi

19 Februari 2024

Kemenperin Targetkan Espor Manufaktur 2024 Rp 302 T, Fokus Diversifikasi Produk Bernilai Tinggi

Industri manufaktur mendominasi barang ekspor Indonesia, mencapai 70 persen. Kemenperin menargetkan ekspor manufaktur 2024 capai Rp 302 T.

Baca Selengkapnya

Ekspor Produk Manufaktur Sentuh USD186,98 Miliar Sepanjang 2023

16 Februari 2024

Ekspor Produk Manufaktur Sentuh USD186,98 Miliar Sepanjang 2023

Secara porsi, industri manufaktur menyumbang 72,24 persen dari total nilai ekspor nasional.

Baca Selengkapnya