Kemenperin: Ekspor Mobil ke Australia Harus Ikuti Standar Ketat

Kamis, 20 Februari 2020 06:00 WIB

Pekerja menyelesaikan proses pembuatan Isuzu Traga di Pabrik Izuzu, Karawang, Jawa Barat, Kamis 12 Desember 2019. Eksport Isuzu Traga akan mulai dikirim pada 12 Desember 2019. Mobil ini pertama kali diluncurkan pada April 2018 dan dibekali dengan mesin 4JA1-L 4 Cycle Direct Injection dengan turbocharge kapasitas 2.499cc. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian Harjanto menuturkan perjanjian kerja sama ekonomi komprehensif Indonesia Australia (IA-CEPA) mengeliminasi 6.474 pos tarif menjadi nol persen, termasuk untuk kendaraan jenis hybrid dan elektrik yang dirakit di Indonesia. Terlepas dari nilai kandungan lokal dan asal bahan bakunya, Harjanto menuturkan mobil listrik berhak mendapatkan skema tarif preferensi nol persen.

Meski dijanjikan fasilitas tersebut, Harjanto menuturkan industri dalam belum bisa menikmati fasilitas yang ditawarkan Australia. "Industri otomotif Indonesia belum memproduksi atau merakit kendaraan jenis hybrid dan elektrik sehingga pada saat ini skema tarif preferensi nol persen belum dapat dimanfaatkan," ujar Harjanto kepada Tempo, Rabu 19 November 2020.

Meski ada potensi pasar baru, Harjanto mengatakan ekspor otomotif ke Australia masih menghadapi sejumlah tantangan lainnya, seperti penerapan standar nasional untuk produk otomotif yang akan dipasarkan di sana. Standar tersebut dikenal dengan Australia Design Rules (ADR) yang mengatur persyaratan yang cukup ketat untuk persyaratan keselamatan (safety), keamanan (anti-theft), dan emisi.

Pihak Original Equipment Manufacturer (OEM) Indonesia dituntut harus mengembangkan spesifikasi produk khusus agar bisa diterima di pasar Australia. Hal ini, kata dia, menjadikan produk yang akan diekspor menjadi tidak ekonomis. "Secara umum produk ekspor Indonesia umumnya menggunakan spefisikasi yang hampir sama dengan pasar dalam negeri, sehingga skala keekonomisannya tercapai," ujar Harjanto.

Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan Ni Made Ayu Marthini mengatakan Australia menawarkan kemudahan product specific rules (PSR) untuk mobil listrik dan hybrid Indonesia dalam mendapatkan tarif preferensi nol persen. Hal tersebut kata dia, merupakan konsesi terbaik yang Australia berikan kepada mitra daganganya.

"Artinya, ini peluang luar biasa dalam membangun industri oromotif termasuk hybrid dan electric yang berdaya saing," ujar Ayu Marthini.

Pada pertemuan bidang otomotif antara Kemendag bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Australia dan Indonesian Trade Promotion Center Sydney Oktober lalu, Ayu Marthini mengatakan para pelaku usaha mengungkapkan ketertarikannya untuk mengekspor ke Australia. Pertemuan itu dihadiri Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM), dan Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN).

"Investor Australia juga melihat peluang ini dan bukan tidak mungkin mereka melakukan kemitraan bersama pelaku usaha dengan adanya IA-CEPA misalnya untuk mobil hybrid dan listrik," kata dia.

Selain itu, Ayu Marthini mengatakan Indonesia memiliki cadangan nikel sebagai bahan baku baterai mobil listrik. Dengan begitu, ia berharap biaya produksi mobil listrik dapat lebih kompetitif.

Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan belum memiliki gambaran soal pasar ekspor mobil listrik ke Australia. "Saya belum tahu karena di Indonesia kami juga ragu pasarnya seperti apa," tutur Bob kepada Tempo.

Untuk pasar otomotif Australia konvensional saja, Bob mengatakan Australia memiliki karakateristik yang berbeda dengan negara lain, seperti pasar Asia, Amerika Latin, atau pun Afrika. Menurut dia, standar New Car Assessment Program (NCAP) di Australia relatif tinggi, sehingga rencana perluasan pasar harus dilihat dengan jangka panjang.

"Yang paling efisien kalau standar domestik kita sama dengan Australia supaya economic scale-nya dapat. Tetapi sepertinya untuk saat ini tidak mungkin," ujar Bob.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Industri Minyak dan Gas Bobby Gafur Umar mengatakan Indonesia sebagai produsen mobil listrik untuk domestik saja tahapannya masih panjang. "Yang paling cepat start-nya adalah Indonesia menggandeng produsen mobil listrik yang sudah advance (maju), lalu haru ada alih teknologi," kata Bobby.

Menurut Bobby, dalam lima tahun ke depan Indonesia belum bisa untuk produksi mobil listrik sendiri. Meski begitu, Bobby mengatakan Indonesia punya bahan baku untuk baterai, yang mana komponennya paling besar yaitu sekitar 40 persen. Di sisi lain, teknologi baterai juga terus berkembang pesat sehingga belum tentu terkejar oleh industri dalam negeri.

"Indonesia punya bahan baku, sehingga yang bisa dilakukan adalah memanfaatkan nikel untuk produsen baterai untuk produksi di Indonesia untuk diekspor," ujar Bobby.

LARISSA HUDA

Berita terkait

Jokowi soal Rencana Pemberian Insentif Mobil Listrik: Masih Dibicarakan

2 hari lalu

Jokowi soal Rencana Pemberian Insentif Mobil Listrik: Masih Dibicarakan

Presiden Joko Widodo alias Jokowi buka suara soal kelanjutan rencana pemerintah memberi insentif untuk mobil hybrid.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

3 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Polisi Sebut Akan Periksa Ponsel Brigadir Ridhal Ali Tomi Dalami Penyebab Kematian di Mobil

5 hari lalu

Polisi Sebut Akan Periksa Ponsel Brigadir Ridhal Ali Tomi Dalami Penyebab Kematian di Mobil

Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan polisi terus menggali terkait kasus meninggalnya Brigadir Ridhal Ali Tomi diduga bunuh diri di dalam mobil.

Baca Selengkapnya

Bahas Tantangan Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia, BRIN: Perlu Fokus

11 hari lalu

Bahas Tantangan Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia, BRIN: Perlu Fokus

Implementasi program kendaraan listrik dinilai harus didukung ekosistem yang memadai.

Baca Selengkapnya

Ada 11.377 Pengecasan Mobil di SPKLU Sepanjang Periode Lebaran, Naik Lima Kali Lipat

13 hari lalu

Ada 11.377 Pengecasan Mobil di SPKLU Sepanjang Periode Lebaran, Naik Lima Kali Lipat

Kenaikan transaksi di SPKLU tersebut tercatat hingga H+7 Lebaran.

Baca Selengkapnya

Komponen Mobil Apa Saja yang Harus Diperiksa Setelah Digunakan Mudik Lebaran?

16 hari lalu

Komponen Mobil Apa Saja yang Harus Diperiksa Setelah Digunakan Mudik Lebaran?

Berikut beberapa komponen mobil yang sebaiknya kembali diperiksa setelah digunakan selama perjalanan mudik.

Baca Selengkapnya

Bersaing Sengit Lawan Produsen Mobil Listrik China, Tesla Mau Bikin Mobil Listrik Murah Tahun Ini

17 hari lalu

Bersaing Sengit Lawan Produsen Mobil Listrik China, Tesla Mau Bikin Mobil Listrik Murah Tahun Ini

Tesla akan terus mengembangkan robotaksis self-driving, yang dikembangkan dari platform kecil, yang akan digunakan untuk mobil listrik murah Tesla.

Baca Selengkapnya

PLN Jamin Ketersediaan SPKLU di Banten untuk Dukung Arus Balik Lebaran

17 hari lalu

PLN Jamin Ketersediaan SPKLU di Banten untuk Dukung Arus Balik Lebaran

PLN menjamin ketersediaan SPKLU di Banten untuk mendukung pemudik yang menggunakan mobil listrik.

Baca Selengkapnya

5 Potensi bahaya dan Tips Mengatasi Muatan Berlebih saat Berkendara

17 hari lalu

5 Potensi bahaya dan Tips Mengatasi Muatan Berlebih saat Berkendara

Berkendara sambil membawa beban berat memiliki risiko dan potensi bahaya. Apa saja yang harus disiapkan dan diantisipasi?

Baca Selengkapnya

Mudik dengan Mobil Listrik, Ada 216 Penggunaan SPKLU Solo selama Periode Lebaran

18 hari lalu

Mudik dengan Mobil Listrik, Ada 216 Penggunaan SPKLU Solo selama Periode Lebaran

PLN UP3 Surakarta telah menyiagakan sejumlah stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) dalam tol dan luar tol di wilayah kerjanya untuk momentum Lebaran 2024. Persiapan itu mendapat animo positif para pemilik kendaraan listrik dengan penggunaan SPKLU yang tercatat hingga 216 pengguna selama periode Siaga Lebaran mulai 1 hingga 16 April 2024.

Baca Selengkapnya