BI: Utang Luar Negeri Indonesia Tumbuh Melambat Jadi USD 404,3 M
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Rahma Tri
Senin, 17 Februari 2020 11:38 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mencatat Utang Luar Negeri atau ULN Indonesia pada akhir triwulan IV 2019 tumbuh melambat. Posisi ULN Indonesia pada akhir triwulan IV 2019 tercatat sebesar US$ 404,3 miliar, terdiri dari utang sektor publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar US$ 202,9 miliar dan utang sektor swasta termasuk BUMN sebesar US$ 201,4 miliar.
"Utang luar negeri tumbuh sebesar 7,7 persen (yoy), menurun dibandingkan pertumbuhan ULN pada triwulan sebelumnya yang sebesar 10,4 persen (yoy)," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko dalam keterangan tertulis, Senin, 17 Februari 2020.
Onny mengatakan, posisi Utang Luar Negeri pemerintah pada akhir triwulan IV 2019 tercatat sebesar US$ 199,9 miliar atau tumbuh 9,1 persen (yoy). Angka ini lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 10,3 persen(yoy).
Pertumbuhan Utang Luar Negeri pemerintah tersebut, kata Onny, ditopang oleh arus masuk investasi nonresiden pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik, dan penerbitan dual currency global bonds dalam mata uang USD dan Euro. "Ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian domestik yang tinggi dan imbal hasil aset keuangan domestik yang tetap menarik, serta ketidakpastian pasar keuangan global yang menurun," ujar dia.
Utang luar negeri pemerintah saat ini diprioritaskan untuk membiayai pembangunan. Adapun porsi terbesar pada beberapa sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 19,1 persen dari total ULN pemerintah, sektor konstruksi 16,6 persen, sektor jasa pendidikan sebesar 16,2 persen, sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib 15,4 persen, serta sektor jasa keuangan dan asuransi 13,3 persen.
<!--more-->
Pertumbuhan Utang Luar Negeri swasta pada akhir triwulan IV 2019 tercatat sebesar 6,5 persen (yoy). Angka ini juga menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 10,8 persen (yoy). Perkembangan ini dipengaruhiULN Lembaga Keuangan yang juga melambat dari 6,8 persen (yoy) menjadi 2,9 persen (yoy), serta perlambatan ULN Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan (PBLK) dari 12,1 persen (yoy) menjadi 7,6 persen (yoy).
Secara sektoral, Utang Luar Negeri swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan & asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara (LGA), sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian. Pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,9 persen. "Struktur ULN Indonesia tetap sehat didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya," kata Onny.
Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto pada triwulan IV 2019 sebesar 36,1 persen. Rasio ini relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang dengan pangsa 88,3 persen dari total ULN.
Demi menjaga struktur ULN tetap sehat, kata Onny, Bank Indonesia dan pemerintah terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan Utang Luar Negeri. "Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," ujar dia.