Defisit Neraca Transaksi Turun, Indef: Bukan Sinyal Bagus, Sebab

Kamis, 13 Februari 2020 13:30 WIB

Menkeu Sri Mulyani Indrawati memberikan pidato pada acara Mandiri Investment Forum 2020 Indonesia : Advancing Investment-Led Growth, di Jakarta, Rabu, 5 Februari 2020. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Defisit neraca transaksi berjalan (CAD) sepanjang 2019 tercatat membaik menjadi 2,72 persen dari produk domestik bruto (PDB), dari sebelumnya 2,94 persen pada 2018. Kendati demikian, perbaikan CAD tersebut dinilai bersifat temporer, dan tak sepenuhnya menunjukkan sinyal positif.

“Perbaikan defisit kali ini bukan sinyal yang bagus, karena penurunan defisit neraca dagang lebih didominasi oleh berkurangnya aktivitas ekonomi, bukan karena ekspor yang tumbuh tapi penurunan impor,” ucap Ekonom Institute for Development Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara, kepada Tempo, Rabu 12 Februari 2020.

Penurunan terdalam khususnya terjadi pada impor bahan baku dan barang modal. “Ini menunjukkan industri manufaktur menurunkan kapasitas produksinya.”

Alhasil, angka CAD yang menurun justru dinilai patut diwaspadai karena dapat menjadi gejala berlanjutnya perlambatan ekonomi. “Terlebih ini terjadi di saat ekonomi global kurang membaik, jadi ini cukup aneh,” kata Bhima.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah menambahkan meski kondisi CAD membaik, secara fundamental kinerja neraca transaksi berjalan masih mengkhawatirkan. “Defisitnya masih tetap besar, dan menandakan bahwa perekonomian kita sangat bergantung pada aliran modal, serta membuat nilai tukar rupiah menjadi rentan terhadap shock global,” ujar dia.

Advertising
Advertising

Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan seperti Singapura, Malaysia, dan Filipina yang telah surplus, neraca transaksi berjalan Indonesia masih perlu banyak pembenahan. Menurut Piter, pemerintah ke depan harus bersungguh-sungguh melakukan reformasi struktural untuk menurunkan angka CAD secara sehat. “Khususnya dengan membangun kembali industri manufaktur, dan mengurangi ketergantungan kepada sektor komoditas,” ucapnya.

Lembaga pemeringkat Moody’s Investor Service dalam riset terbarunya juga mengungkapkan hal serupa. Pemerintah Indonesia diharapkan terus melanjutkan reformasi perekonomian secara struktural, Moody’s juga menyebutkan sejumlah tantangan yang perlu diwaspadai ke depan, di antaranya ketergantungan pemerintah terhadap pendanaan struktural serta kerentanan struktur ekonomi terhadap siklus komoditas.

Berita terkait

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

1 hari lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

9 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

13 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

13 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

13 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

14 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Wamendag Optimistis Neraca Perdagangan Indonesia Tetap Surplus di Tengah Konflik Iran-Israel

16 hari lalu

Wamendag Optimistis Neraca Perdagangan Indonesia Tetap Surplus di Tengah Konflik Iran-Israel

Jerry Sambuaga optimistis neraca perdagangan Indonesia tetap surplus di tengah situasi geopolitik saat ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Indonesia Terancam Twin Deficit, Apa Itu?

17 hari lalu

Pengamat Sebut Indonesia Terancam Twin Deficit, Apa Itu?

Indonesia berisiko menghadapi kondisi 'twin deficit' seiring dengan menurunnya surplus neraca perdagangan.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Sepakat Jaga Defisit Anggaran 2025 3 Persen, Apindo: Penyusunan RAPBN Mesti Displin

23 hari lalu

Pemerintah Sepakat Jaga Defisit Anggaran 2025 3 Persen, Apindo: Penyusunan RAPBN Mesti Displin

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menanggapi soal keputusan pemerintah menjaga defisit APBN 2025 di bawah 3 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

45 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya