Penurunan Harga Minyak Tergerus Konsumsi

Reporter

Editor

Rabu, 13 Agustus 2008 11:32 WIB

KOran Tempo, Jakarta:

JAKARTA -- Pemerintah menatap kemungkinan menurunkan asumsi harga minyak di bawah US$ 130 per barel dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2009. Sayang, penurunan itu tidak akan berdampak besar karena konsumsi minyak tetap tinggi.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Anggito Abimanyu kemarin memaparkan, jika konsumsi minyak bisa ditekan hingga 38,9 juta kiloliter, dari perkiraan konsumsi 40 juta kiloliter, negara dapat berhemat lebih banyak.
Menurut Anggito, komponen bahan bakar yang paling rakus subsidi adalah minyak tanah. Celakanya, sampai saat ini program konversi minyak tanah baru mencapai 30 persen dari target 1 juta kiloliter. "Kalau kami bisa mempercepat konversi, berarti bisa mengurangi konsumsi," kata dia.
Pemerintah, ujarnya, akan mempercepat penyediaan tabung gas isi ulang dan mendorong Pertamina untuk melakukan sosialisasi. Dengan langkah itu, Anggito optimistis konsumsi minyak bisa ditekan.
Anggito meyakinkan pergerakan ekonomi Indonesia tahun depan akan lebih baik daripada tahun ini. Ia pun percaya asumsi-asumsi ekonomi yang dipatok akan terpenuhi. Dalam dua hari ini Badan Pusat Statistik akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal I. "Lihatlah pasti Anda pasti akan yakin 2009 akan lebih baik," ucapnya.
Sebagai informasi, selisih harga antara bahan bakar subsidi dan nonsubsidi telah memaksa pengguna bahan bakar nonsubsidi beralih ke bahan bakar subsidi. Dampaknya jelek. Konsumsi bahan bakar subsidi melompati kuota 35 juta kiloliter.
Dari kuota premium 16,9 juta kiloliter, konsumsi premium Januari-Juni telah mencapai 9,3 juta kiloliter. Adapun dari kuota solar 11 juta kiloliter, konsumsi solar Januari-Juni telah mencapai 5,8 juta kiloliter.
Di sisi lain, konsumsi bahan bakar minyak nonsubsidi terus merosot tajam. Konsumsi Pertamax Plus pada Juni lalu 5.217 liter, turun dari bulan sebelumnya 6.995 liter. Adapun konsumsi Pertamax pada Juni lalu 13.518 liter, merosot dari sebelumnya 18.994 liter.
Niat pemerintah menurunkan asumsi harga minyak di bawah US$ 130 per barel dinilai Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) sangat tepat. Sebab, diperkirakan harga minyak akan bertengger di bawah US$ 130 per barel.
"Kami melihat gejolak harga minyak sangat eksesif, jangka pendek. Beberapa faktor sudah mulai membaik," ujar Direktur Perencanaan Makro Bappenas Bambang Priyambodo, yang dihubungi <I>Tempo<I> kemarin.
Faktor pemulih itu antara lain perekonomian dunia yang melambat tapi ada di tingkat tertinggi, penguatan mata uang dolar Amerika Serikat, badai Teluk Meksiko yang tidak mengurangi cadangan minyak Amerika, dan ketegangan Israel-Iran yang terkendali.
"Satu-satunya faktor yang masih akan mempengaruhi adalah perang terbuka Israel-Iran. Kalau perang terjadi, minyak bisa menyentuh US$ 150 per barel," katanya. Bambang memperkirakan minyak yang saat ini sedang mencari titik keseimbangan akan tetap berada di atas US$ 100 per barel. SORTA TOBING

Berita terkait

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

2 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

9 hari lalu

Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

Senior Fellow CIPS Krisna Gupta mengatakan ekskalasi konflik Iran-Israel bisa berdampak pada inflasi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

9 hari lalu

Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

Harga minyak dunia melonjak jadi US$ 89 (Brent) dan US$ 84 (WTI) per barel pada Jumat, 19 April 2024, seiring memanasnya konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Naik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram

10 hari lalu

Naik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram

Harga emas Antam per 1 gram hari ini ada pada level Rp 1.335.000. Harga ini naik Rp 14 ribu dibanding perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

10 hari lalu

Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

Harga minyak dunia cenderung naik gara-gara konflik Iran - Israel dan penguatna dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?

8 Januari 2024

Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?

Harga minyak dunia turun dalam perdagangan awal pekan, 8 Januari 2024. Kenaikan harga terjadi karena pemotongan harga yang tajam oleh eksportir utama Arab Saudi dan kenaikan produksi OPEC.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Bergejolak, Analis Sebut Ketegangan Geopolitik Terbaru

5 Januari 2024

Harga Minyak Dunia Bergejolak, Analis Sebut Ketegangan Geopolitik Terbaru

Harga minyak mentah tengah bergejolak hari ini. Apa saja penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Jeblok ke USD 70,5 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

21 Juni 2023

Harga Minyak Dunia Jeblok ke USD 70,5 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

Harga minyak mentah berjangka jeblok pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB, 21 Juni 2023. Apa saja faktor pemicunya?

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia dan BBM Nonsubsidi Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?

7 Juni 2023

Harga Minyak Dunia dan BBM Nonsubsidi Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?

Harga minyak dunia terus berfluktuasi, namun belakangan mengalami tren penurunan. Apakah harga Pertalite juga akan diturunkan seperti Pertamax?

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Buntut Arab Saudi Pangkas Produksi Mulai Juli Mendatang

6 Juni 2023

Harga Minyak Dunia Naik, Buntut Arab Saudi Pangkas Produksi Mulai Juli Mendatang

Kementerian Arab Saudi menyampaikan akan menurunkan produksi minyak mentah menjadi 9 juta barel per hari pada Juli mendatang.

Baca Selengkapnya