Di Tengah Hantaman Virus Corona, Rupiah Terbaik di Asia

Reporter

Bisnis.com

Editor

Rahma Tri

Minggu, 2 Februari 2020 09:35 WIB

Ilustrasi mata uang Rupiah. Brent Lewin/Bloomberg via Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah hantaman sentimen negatif virus corona yang tak kunjung reda, rupiah berhasil mempertahankan posisinya sebagai mata uang terbaik di Asia dalam sebulan terakhir.

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan pekan ini, Jumat 31 Januari 2020, rupiah berada di level Rp13.655 per dolar AS, menguat tipis 0,015. Artinya, sepanjang pekan ini, rupiah telah terdepresiasi 0,527 persen.

Pada saat bersamaan, penyebaran virus corona semakin meluas ke beberapa negara lain selain Cina. Saat ini, virus corona telah terkonfirmasi memasuki India, salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia.

Pasar khawatir wabah virus corona tersebut akan berubah menjadi seperti epidemi SARS pada 2002-2003 silam. Selain itu, penyebaran tersebut dikhawatirkan akan melemahkan pertumbuhan ekonomi Cina, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global. Akibatnya, investor menghindari aset berisiko dan berlomba mengumpulkan aset investasi aman seperti emas dan yen.

Advertising
Advertising

Kendati demikian, nyatanya rupiah berhasil mempertahankan posisinya untuk tidak terdepresiasi cukup dalam seperti mata uang Asia lainnya. Sepanjang Januari 2020, rupiah berhasil memimpin kinerja penguatan mata uang Asia dengan bergerak naik 1,542 persen. Penguatan rupiah berhasil mengalahkan yuan renminbi yang menguat 1,392 persen dan dolar Hong Kong yang hanya naik 0,304 persen.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pelemahan rupiah dalam beberapa perdagangan terakhir didorong oleh penyebaran virus corona yang terus memakan korban jiwa.

Namun, kata dia, rupiah bisa bertahan baik karena imbal hasil obligasi Indonesia yang masih dinilai menarik oleh investor. Hal itu juga yang membuat rupiah sempat menyentuh level tertinggi sejak Februari 2018.

“Imbal hasil obligasi Indonesia masih baik, apalagi ketika India mendapatkan penurunan rating terhadap obligasinya, sedangkan Indonesia berhasil mempertahankan peringkatnya dengan prospek yang masih cukup baik. Oleh karena itu ada shifting investor dari India berpindah ke Indonesia,” ujar Josua kepada Bisnis, Jumat Januari 2020.

Sementara itu, Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan bahwa pelemahan rupiah juga didukung oleh kecenderungan aksi ambil untung oleh investor karena rupiah berhasil menembus ke bawah level Rp13.600 per dolar AS.

“Tetapi secara teknikal rupiah memberikan petunjuk berpotensi untuk melanjutkan penguatannya dalam beberapa perdagangan. Hanya, sentimen negatif datang dari fundamental eksternal, kalau ada sentimen lebih baik seperti perkembangan corona lebih kondusif rupiah pasti akan menguat lebih baik,” ujar Yudi saat dihubungi Bisnis, Jumat.

Namun, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa terbatasnya pelemahan rupiah karena didukung oleh intevensi Bank Indonesia. “Bank Indonesia hari ini kembali menjadi pahlawan dengan melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi di perdagangan DNDF,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Jumat.

Berita terkait

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

3 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

3 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

3 jam lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

4 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

22 jam lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

1 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

2 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

2 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya