Inflasi Januari 2020 Diprediksi Naik 2,6 Persen Karena Iuran BPJS
Reporter
Bisnis.com
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Minggu, 2 Februari 2020 03:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tingkat inflasi pada Januari 2020 diprediksi rendah dan tetap stabil. Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede mengatakan faktor utama pendorong inflasi dipengaruhi penurunan pasokan komoditas pangan seiring dengan peningkatan curah hujan secara nasional.
“Inflasi bulan Januari 2020 diperkirakan meningkat sebesar 0,42 persen [month-to-month/mom] yang tercatat 0,34 persen [mom],” katanya ketika dihubungi Bisnis, Jumat 31 Januari 2020.
Josua memperkirakan inflasi tahunan per bulan Januari mencapai 2,66 persen (yoy) dari bulan sebelumnya yang tercatat 2,72 persen (yoy).
Menurutnya, inflasi Januari lebih didominasi oleh peningkatan inflasi harga bergejolak dan inflasi harga diatur pemerintah.
Dia menuturkan, inflasi didorong kenaikan beberapa harga komoditas pangan, antara lain beras, bawang merah, bawang putih, cabai merah, dan cabai rawit.
Lebih lanjut, inflasi harga diperkirakan meningkat sejalan dengan kenaikan tarif cukai rokok serta iuran BJPS.
“Adapun, inflasi inti cenderung stabil di kisaran 3,02 persen (yoy) mempertimbangkan tren kenaikan harga emas, sedangkan nilai tukar rupiah cenderung mengalami apresiasi sepanjang Januari,” ungkapnya.
Sementara itu, Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David E. Sumual memprediksi inflasi Januari 2020 tercatat rendah, tetapi stabil. Hal itu dikarenakan adanya bencana dan cuaca.
“Kami memprediksi inflasi pada Januari 2020 berkisar di angka 0,47 persen. Adanya banjir dan cuaca buruk akan berdampak pada harga bahan pokok di pasar,” katanya.
Menurutnya, beberapa bahan pokok yang berkontribusi terhadap inflasi, antara lain cabai merah dan bawang merah. Sementara itu, komoditas beras tidak terlalu menyumbang inflasi karena harga di pasar cenderung stabil.
Meski demikian, dia mengingatkan pemerintah untuk menstabilkan gejolak harga bahan pangan dengan cara memperbaiki jalur distribusi saat terjadi bencana atau cuaca buruk.
Dia menilai inflasi akan bergerak seiring dengan menguatnya nilai tukar rupiah. “Penguatan rupiah terhadap dolar Amerika berpengaruh positif pada inflasi,” jelasnya.