Indef Prediksi Pertumbuhan Kredit pada 2020 Masih Single Digit

Sabtu, 21 Desember 2019 03:18 WIB

Aviliani. TEMPO/ Arnold Simanjuntak

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance atau Indef, Aviliani, memprediksi pertumbuhan kredit domestik pada tahun depan belum terlalu moncer. Ia menyebut, pada 2020, laju kredit masih lesu di level single digit atau di bawah 10 persen.

“Saat ini pertumbuhan kredit domestik 8 persen. Ke depan di bawah double digit. Ini dipengaruhi beberapa hal,” katanya dalam diskusi bertajuk 'Catatan Akhir Tahun: Mewaspadai Resesi Ekonomi Global’ di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat, 20 Desember 2019.

Berkaca dari tahun ini, adanya fenomena penurunan suku bunga acuan tidak menjamin meningkatnya distribusi kredit produktif. Laju pertumbuhan kredit, kata dia, tak terlampau bergerak membaik meski Bank Indonesia terus-terusan menurunkan suku bunga acuan atau BI 7 DRR sebanyak empat kali dalam rentang Juli hingga Oktober 2019.

Beberapa faktor yang menyebabkan kondisi kredit lesu adalah tingginya Loan to Deposit Ratio atau LDR perbankan. Aviliani mengatakan performa LDR sejak 2018 terus melonjak. Bahkan, angka itu mencapai 94,3 persen pada kuartal III 2019. Lantaran tingginya LDR, perbankan cenderung selektif dalam memberikan kredit.

Penyebab lain yang membuat kredit tak bergerak luwes ialah pertumbuhan dana pihak ketiga atau DPK perbankan yang stagnan. Kondisi ini dipengaruhi oleh adanya penerbitan obligasi pemerintah yang jor-joran sepanjang 2019. Penerbitan obligasi dengan bunga tinggi dari pemerintah menyebabkan aliran dana masuk ke perbankan melambat.

"Pemerintah keluarkan obligasi dengan bunga lebih tinggi. Uang masuk ke pemerintah. Dengan begitu, pemerintah saingan dengan perbankan,” ujarnya.

Fenomena tersebut diakui membuat likuiditas bank menjadi ketat. Dalam posisi ini, Aviliani mengatakan bank mau tidak mau akan mengambil aksi mempertahankan suku bunga deposito tinggi untuk mendorong masuknya DPK. Namun, tingginya suku bunga deposito yang tinggi akan membuat suku bunga kredit sulit cair dalam waktu dekat.

Dari sisi bank, Aviliani mengimbuhkan perbankan akan selektif memberikan kredit lantaran ada potensi kredit macet alias NPL. Sejak awal 2019, NPL memang tercatat naik meski angkanya masih di bawah 5 persen. Meski begitu, bank mesti waspada menyalurkan kredit.

Kemudian, perbankan ditengarai menghadapi kondisi sulit karena dihadapkan dengan pesaing fintech. Kelahiran fintech menciptakan euforia baru di level masyarakat dan telah membentuk ekosistem tersendiri. Perkembangan fintech juga makin moncer lantaran adanya kerja sama dengan e-commerce.

Dengan begitu, Aviliani menyarankan beberapa solusi untuk meningkatkan kredit perbankan. Misalnya perlu ada stimulus APBN terhadap sektor-sektor produktif, termasuk mendorong penyaluran kredit usaha rakyat atau KUR.

FRANCISCA CHRISTY ROSANA

Berita terkait

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

2 hari lalu

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mendorong lembaga keuangan penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memprioritaskan kalangan difabel.

Baca Selengkapnya

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

3 hari lalu

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

PT Chandra Asri Pacific Tbk. (Chandra Asri Group) meraih pendapatan bersih US$ 472 juta per kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

3 hari lalu

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

PT Bank OCBC NISP Tbk. mencetak laba bersih yang naik 13 persen secara tahunan (year on year/YoY) menjadi sebesar Rp 1,17 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

4 hari lalu

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

4 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

5 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

6 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

6 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

9 hari lalu

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

BTN mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 7,4 persen menjadi Rp 860 miliar pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

9 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya