Potensi Kerugian Impor Minyak Rp 1,8 Triliun

Reporter

Editor

Jumat, 18 Juli 2008 01:43 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Harga realisasi impor bahan bakar minyak yang dilakukan PT Pertamina (Persero) dituding kemahalan. Harga yang dipatok perusahaan minyak pemerintah itu lebih mahal dibandingkan harga di pasar minyak Singapura. Menurut Anggota Panitia Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat Tjatur Sapto Edy, akibat selisih harga impor bahan bakar tersebut potensi kerugian selama Januari-Mei 2008 sekitar Rp 1,8 triliun. "Meskipun selisih harganya cuma sekian sen, tapi kalau dihitung berapa barel yang diimpor, nilainya menjadi besar," ujarnya, Kamis (17/7). Tjatur menuding penyebab potensi kerugian ini karena Pertamina tidak mengimpor bahan bakar minyak langsung dari sumber-sumber utama. Misalnya, kata dia, Sun Kiong (Korea), Reliance (India), Formisa (Taiwan), dan Shell (Singapura). Perusahaan-perusahaan itu memiliki kilang pengolahan dan sumber minyak. Dia mengungkapkan, selama ini Pertamina membeli minyak dari perusahaan luar negeri yang tidak memiliki sumber minyak dan kilang. Salah satunya, kata Tjatur, adalah kontrak impor dengan perusahaan Thailand. Dia menambahkan dari 42 rekanan Pertamina yang melakukan impor minyak hanya 5-7 perusahaan saja yang secara bergiliran memasok impor minyak mentah tersebut. "Mengapa Pertamina tidak impor langsung dari produsen-podusen yang benar-benar mempunyai minyak sendiri," katanya. Bahkan, kata Tjatur, ada impor minyak mentah dari Timur Tengah yang dibeli dari perusahaan di Asia yang sama sekali tak memiliki sumber minyak. Menurut dia, akibat praktek tersebut pengadaan impor minyak Pertamina tidak efisien. Untuk memperbaikinya, manajemen Pertamina diminta melakukan tender secara terbuka ke publik. Direktur Utama Pertamina Ari Sumarno menyatakan siap mempertanggungjawabkan masalah impor minyak tersebut. "Kami siap diperdebatkan mana yang paling baik," katanya. Ari menjelaskan, Pertamina kesulitan mencari negara produsen yang mau menjual langsung minyaknya ke Pertamina. "Banyak negara produsen yang nggak mau menjual langsung," ujarnya. Menurut dia, hanya ada dua negara produsen minyak yang bersedia menjual langsung, yaitu Arab Saudi dan Kuwait. "Itu pun minyaknya jenis shower dan hanya bisa diolah di Kilang Cilacap," katanya. Sedangkan 90 persen kilang di Indonesia hanya bisa mengolah minyak jenis sweet crude. Mminyak mentah dari Indonesia, kata Ari, tak bisa diolah di kilang sendiri. Alasannya, jenis minyak mentah Indonesia adalah shower. Minyak ini merupakan minyak mentah yang nilainya tinggi, selisih harganya dengan minyak jenis sweet bisa mencapai US$ 10-12 per barel. Sementara itu, negara-negara yang menjual sweet seperti Nigeria, Aljazair dan Libya. "Mereka masih mau jual ke trader," ujarnya. NIEKE INDRIETTA | ALI NY

Berita terkait

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

6 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

7 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Kemendag Minta Masyarakat Bijak Berbelanja Menyusul Penguatan Dolar dan Kenaikan Harga Minyak Akibat Konflik Iran-Israel

13 hari lalu

Kemendag Minta Masyarakat Bijak Berbelanja Menyusul Penguatan Dolar dan Kenaikan Harga Minyak Akibat Konflik Iran-Israel

Kenaikan harga minyak juga disebabkan penguatan dolar AS.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Melonjak Buntut Dugaan Serangan Israel ke Iran

14 hari lalu

Harga Minyak Melonjak Buntut Dugaan Serangan Israel ke Iran

Konflik Israel Iran yang diprediksi masih panjang membuat harga minyak dunia melambung.

Baca Selengkapnya

Dolar AS Semakin Menguat, Nilai Tukar Rupiah Capai Rp 16.301

14 hari lalu

Dolar AS Semakin Menguat, Nilai Tukar Rupiah Capai Rp 16.301

Nilai tukar dolar Singapura terhadap rupiah malah cenderung lebih turun yakni Rp 11.854

Baca Selengkapnya

Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

15 hari lalu

Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

Harga minyak dunia cenderung naik gara-gara konflik Iran - Israel dan penguatna dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia.

Baca Selengkapnya

Analis Sebut Harga Minyak Dunia Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar AS

18 hari lalu

Analis Sebut Harga Minyak Dunia Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar AS

Analis menyebut harga minyak alami kenaikan akibat konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Iran Serang Israel, Harga Emas dan Minyak Dunia Masih Standar

18 hari lalu

Iran Serang Israel, Harga Emas dan Minyak Dunia Masih Standar

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan harga emas dan minyak dunia saat ini masih standar.

Baca Selengkapnya

Ditegur AS, Ukraina Berkukuh Fasilitas Migas Rusia Sah Jadi Target Serangan

42 hari lalu

Ditegur AS, Ukraina Berkukuh Fasilitas Migas Rusia Sah Jadi Target Serangan

Pejabat Ukraina menyebut serangan terhadap fasilitas energi Rusia sejalan dengan praktik terbaik NATO.

Baca Selengkapnya

FT: AS Desak Ukraina Hentikan Serangan ke Fasilitas Migas Rusia

42 hari lalu

FT: AS Desak Ukraina Hentikan Serangan ke Fasilitas Migas Rusia

Amerika Serikat mendesak Ukraina untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi Rusia.

Baca Selengkapnya