Susi Pudjiastuti Blak-blakan Awalnya Larang Ekspor Benih Lobster

Minggu, 15 Desember 2019 05:57 WIB

Barang bukti upaya penyelundupan baby lobster jenis pasir dan mutiara senilai Rp11 miliar di Bandara Husein Sastranegara Bandung pada 22 Maret 2019. Tempo/Anwar Siswadi

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti blak-blakan bercerita awal mula perjalanannya mulai dari penangkapan bibit lobster hingga pelarangan untuk diekspor. Dia mengatakan dapat info pengambilan bibit dimulai pada 1995 di Lombok dan mulai menyebar ke daerah lain sekitar tahun 2.000.

Sebelum 2.000 Indonesia ekspor banyak ribuan ton Lobster rebus dalam bentyuk fresh frozen ke Jepang. Setelah 2.000 banyak jual Lobster hidup ke Hong Kong.

"Harga Lobster terus naik karena jumlah lobster jauh turun. Pasar Jepang kalah, harga lobster hidup makin mahal. Pengambilan bibit besar-besaran menyebar di wilaya selatan Jawa dan barat Sumatera," kata Susi melalui Twitter-nya @susipudjiastuti, Sabtu, 14 Desember 2019.

Menurut Susi, nelayan di masa lampau bisa jadi tiap musim lobster selama empat bulanan bisa dapat ratusan juta. Saat ini kata dia, cuma puluhan ribu saja yang bisa dikantongi nelayan.

"Sebelum masuk KKP saya tidak tahu, berkurangnya jumlah lobster dari ribuan ton menjadi hanya puluhan ton per musim itu karenn bibit-bibitnya diambil. Saya pikir karena nelayan ambil ukuran juga makin kecil. Awal tahun 90 an lobster kecil tidak laku. Makin ke sini semua dibeli, akhirnya semua diambil," kata dia.

Advertising
Advertising

Dulu dia pernah membeli lobster ukuran kecil dari Jawa ukuran kurang dari 100 gram, lalu dibawa ke Pulau Simeulue untuk dilepas di laut. Hal itu karena dia lihat di Simeulue, nelayan hanya tangkap pakai tangan dan pilih yg besar2 saja.

Dia berhara itu akan menjaga keberlanjutannya. Namun dia tidak tahu, ternyata bibit-bibit lobster itu diambil untuk diekspor ke Vietnam.

Susi juga mengatakan dulu di pasar ikan Pangandaran per hari dilelang lobster minimal 1 ton lobster. Namun sekarang sekarang ada 50 kilogram saja sudah banyak.

"Karena itu saya putuskan tahun 2015 untuk membatasi pengambilan lobster min size 200 gram per ekor. Bibit saya larang untuk diambil dan dari data menunjukkan empat tahun terakhir ekspor lobster Indonesia naik," ujar Susi.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyatakan ada kemungkinan pemerintah bakal membuka kembali keran ekspor benih lobster dengan kuota. Kebijakan itu diambil untuk meningkatkan nilai tambah budidaya lobster di level petambak.

"Kenapa enggak ambil langkah izinkan budidaya, kita berikan (izin) ekspor (benih lobster) dengan kuota," kata Edhy dalam rapat kerja nasional KKP di Jakarta Pusat, 4 Desember lalu.

Kemarin Edhy mengatakan budidaya lobster sudah dilakukan di negara-negara Asia, salah satunya Vietnam. Di sana, kata dia, benih lobster yang dibudidayakan bisa mencapai 70 persen. Namun pertumbuhan benih lobster untuk bertahan hidup tidak mencapai satu persen.

Merespons hal itu, Susi mempertanyakan kenapa Indonesia harus memikirkan petambak lobster Vietnam "Sehingga kita harus ekspor bibit lobster ke Vietnam ??????Terlalu bodohkah saya untuk mengertikah maksud yg dibicarakan ? ????," kata Susi.

Dia mengatakan lobster tidak perlu ditambak. Yang diperlukan adalah mengatur dan menjaga ukuran tangkapnya. Karena, Susi melihat lobster di alam besar lebih cepat dan beranak pinak terus menerus berkelanjutan. "Akhirnya lobster akan terus ada dan banyak untuk kesejahteraan nelayan-nelayan penangkap," ujar Susi.

Ekonom dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, menyayangkan adanya kemungkinan KKP membuka kembali opsi ekspor benih lobster. Pandangan itu ia sampaikan dalam diskusi para pakar di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa, 10 Desember 2019.

"Ekspor benih lobster dulu sudah dilarang. Sekarang mau dibuka. Sudah gila apa ini," ujar Faisal disambut gelak lirih para peserta diskusi.

Menurut Faisal, pembukaan kembali keran ekspor bayi lobster akan berpengaruh buruk, baik terhadap iklim dagang maupun lingkungan. Ia memandang kebijakan itu bakal memberi celah mafia untuk bergerilya.

Seumpama diberi keleluasaan untuk mengirimkan benih lobster ke luar negeri, Faisal memperkirakan mafia bakal bermunculan untuk meraup keuntungan besar. Sebab, harga beli benih lobster saat ini telah mencapai 5.000 yen per ekor.

Adapun terhadap lingkungan, ekspor benih lobster dikhawatirkan bakal menimbulkan eksploitasi besar-besaran. "Telur-telur lobster itu rusak. Dia enggak peduli laut kita rusak lagi," ucapnya.

DIAS PRASONGKO | FRANSISCA CHRISTY ROSANA

Berita terkait

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

3 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

6 hari lalu

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Kolaborasi LPIE dengan institusi pemerintahan membawa mitra binaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) LPEI untuk pertama kalinya menembus pasar ekspor ke Kanada.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

6 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

6 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

6 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

7 hari lalu

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.

Baca Selengkapnya

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

7 hari lalu

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

Atase Perdagangan Kairo, M Syahran Bhakti berharap eksportir kopi Indonesia dapat memenuhi permintaan dari Mesir pada 2024 ini di atas Rp 1,5 triliun.

Baca Selengkapnya

Demi Lobster Kawan Vietnam

7 hari lalu

Demi Lobster Kawan Vietnam

Pemerintah membuka kembali keran ekspor lobster dengan syarat para pengusaha membudidayakannya di sini atau di Vietnam-tujuan utama ekspor lobster.

Baca Selengkapnya

Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati

7 hari lalu

Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati

Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Atase Perdagangan RI di Canberra berupaya mendorong para pelaku usaha produk pertanian Indonesia memasuki pasar Australia.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Indonesia Perlu Tingkatkan Ekspor untuk Cegah Kenaikan Harga Komoditas

8 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Indonesia Perlu Tingkatkan Ekspor untuk Cegah Kenaikan Harga Komoditas

Indonesia perlu meningkatkan volume ekspor untuk menghindari kenaikan harga komoditas akibat konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya