Dipecat Erick Thohir, Ini 5 Kontroversi Ari Askhara di Garuda
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Dewi Rina Cahyani
Jumat, 6 Desember 2019 09:28 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Karier I Gusti Ngurah Akhsara Danadiputra di PT Garuda Indonesia Persero Tbk berakhir setelah Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir mencopotnya dari jabatan Direktur Utama perusahaan pelat merah itu. Ari diketahui menyelundupkan motor Harley Davidson seri klasik keluaran 1972.
Benda ini terciduk Bea dan Cukai Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada 17 November lalu lantaran tak berizin alias bodong. Barang gelap ini sebelumnya diangkut dengan maskapai penerbangan GA 9721 A300-900 Neo yang terbang perdana dari Prancis menuju Jakarta.
Polemik yang menimpa entitas berkode emiten GIAA ini bukan yang pertama kali terjadi. Perkara-perkara lainnya sudah mendera perusahaan itu setidaknya dalam setengah tahun terakhir.
Sejak Ari diangkat menjadi Direktur Utama Garuda Indonesia oleh Menteri BUMN terdahulu, Rini Soemarno, pada September 2018, entitas ini menanggung sejumlah masalah besar. Berikut serentetan masalah di Garuda Indonesia yang terjadi di bawah kepemimpinan Ari.
1.Harga Tiket Pesawat Melambung
Pada awal tahun ini, Garuda Indonesia Group menaikkan harga tiket pesawat untuk penerbangan semua rute domestik angkutan niaga berjadwal secara tiba-tiba. Tak tanggung-tanggung, tarif tiket pesawat untuk beberapa rute bahkan melonjak sampai 100 persen. Kenaikan harga itu diikuti oleh maskapai penerbangan lainnya, seperti Lion Air Group. Kebijakan kenaikan harga ini terjadi setelah maskapai pelat merah menjalin kerja sama manajemen dengan Sriwijaya Air pada November 2018.
Muncul dugaan ada duopoli antara Garuda Indonesia dan Lion Air Group. Sebab, setelah Garuda Indonesia menggandeng Sriwijaya, pasar penerbangan dalam negeri dikuasai hanya oleh dua maskapai: Garuda Indonesia dan Lion Air. Namun, Garuda Indonesia membantah terlibat duopoli. Manajemen belakangan menyatakan terseok lantaran harga pokok produksi yang ditanggung tak sesuai dengan pendapatan yang diterima.
2. Mengubah Laporan Keuangan
Manajemen Garuda Indonesia membedaki laporan keuangannya untuk tahun buku 2018 dan kuartal I 2019. Garuda mencatatkan untung dalam bentuk piutang senilai US$ 239,9 juta atau sekitar Rp 3,47 triliun dengan hitungan kurs Rp 14.481.
Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK mencatat sejumlah temuan dari laporan keuangan ini. Salah satunya financial engineering. Financial engineering, atau yang lazim dikenal sebagai rekayasa keuangan, berkaitan dengan pencatatan piutang Garuda Indonesia dalam laporannya kepada publik pada 24 April 2019. Kala itu, Garuda Indonesia disebut membukukan pendapatan yang masih berbentuk piutang ke dalam laporan pendapatan.
Piutang yang dimaksud dari perjanjian kerjasama antara PT Garuda Indonesia Tbk. dan PT Mahata Aero Teknologi serta PT Citilink Indonesia. Kerjasama itu terkait layanan konektivitas dalam penerbangan dan pengelolaan layanan hiburan di dalam pesawat.
<!--more-->
3. Jabatan Rangkap
Tiga direktur maskapai pelat merah sempat menyandang jabatan rangkap di Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air. Ketiganya adalah Ari Askhara, Pikri Ilham, dan Juliandra Nurtjahjo. Komisi Pengawas Persaingan Usaha atau KPPU sempat mengusut kasus itu. Sebab, rangkap jabatan ini diduga bakal mendorong terjadinya penguasaan pasar.
KPPU menginvestigasi kasus ini dengan mengacu pada Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Monopoli dan Praktek Persaingan Usaha Tidak Sehat. Pasal 26 undang-undang tersebut menyatakan bahwa seseorang yang menempati jabatan sebagai direksi atau komisaris dari suatu perusahaan dilarang merangkap jabatan yang sama bila ia berada dalam pasar sejenis pada waktu yang bersamaan.
Di tengah proses penyelidikan, tiga direktur Garuda telah menyatakan mundur dari komisaris Sriwijaya Group. Pengunduran diri ketiganya disampaikan melalui surat resmi beberapa waktu lalu. KPPU pun lantas menghentikan penyelidikannya terkait kasus ini.
4. Kerja Sama dengan Sriwijaya Air Retak
Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air melakukan kerja sama manajemen pada November 2018. Kerja sama yang berjalan hampir setahun itu bubrah karena silang pendapat soal biaya manajemen dan pembagian keuntungan. Puncaknya terjadi pada 6 November lalu, ketika anak usaha Garuda Indonesia menarik seluruh layanan perawatan pesawat Sriwijaya.
Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Jauwena menceritakan awal-mula puncak polemik Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air terjadi hingga menyebabkan hubungan kedua entitas retak. Jefferson mengatakan hubungan entitasnya dengan maskapai pelat merah sejatinya sempat membaik setelah kisruh pertama.
Kedua manajemen melakukan kerja sama ulang pada awal Oktober lalu. Kerja sama ini bersifat sementara dengan masa kesepakatan 30 hari. Sriwijaya sempat memperpanjang kontrak dengan Garuda Indonesia 90 hari. Namun, kontak belum kelar, tiba-tiba pada 6 November 2019, anak usaha Garuda, Garuda Maintenance Facility, meminta Sriwijaya membayar sejumlah utang. GMF bakal mengeluarkan surat penghentian layanan jika hingga pukul 17.00 WIB Sriwijaya tak melunasi utangnya. Beberapa anak usaha Garuda pun mengikuti menagih utang. Termasuk katering, hotel, dan ground-handling.
Tagihan utang yang diklaim mendadak ini berdampak pada penerbangan hari berikutnya, Kamis, 7 November 2019. Sriwijaya Air tiba-tiba menghentikan sejumlah layanan hingga penumpang menumpuk di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
5. Serikat Garuda Laporkan Youtuber Rius Vernandes
Seorang Youtuber yang sering mengulas layanan penerbangan, Rius Vernandes dilaporkan ke polisi oleh Serikat Karyawan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk karena diduga melakukan pencemaran nama baik Garuda. Pelaporan Rius oleh Sekarga itu merupakan buntut dari unggahan Rius lewat Instagram story.
Dalam unggahanya itu, Rius mengulas soal buku menu di kelas bisnis Garuda yang ternyata hanya ditulis dengan tangan. Selain itu, dalam unggahan di saluran Youtube miliknya, Rius juga mewawancarai seorang turis asal Australia yang sama-sama menggunakan jasa Garuda.
Kedua turis kecewa karena ternyata dalam penerbangan dari Sedney menuju Jakarta via Denpasar itu, petugas kehabisan wine. Akibat ramainya peristiwa ini, manajemen Garuda sempat mengeluarkan kebijakan melarang pengambilan foto dan video bagi penumpang dan awak kabin saat berada di dalam pesawat. Namun, kebijakan ini kemudian dicabut.
Usai ramai kasus tersebut, belakangan, Garuda dengan Rius Vernades mencapai kesepakatan damai. Direktur Utama Garuda Ari Askhara pun dalam konferensi pers sempat menawarkan Rius untuk mengulas layanan first class milik Garuda. Selain itu, Sekarga pun kemudian mencabut laporan mereka kepada polisi atas Rius.
DIAS PRASONGKO | CAESAR AKBAR | JONIANSYAH | FRANSISCA CHRISTY ROSANA