Pertamina: Penyaluran BBM Premium Akan Melebihi Jatah Kuota

Senin, 2 Desember 2019 11:15 WIB

Petugas mengisi Premium ke tangki sepeda motor di salah satu SPBU di Jakarta, Rabu, 10 Oktober 2018. Hukum ekonomi mengatur bahwa BBM, yang bahan baku utamanya minyak mentah, memang harus naik harganya jika harga minyak mentah dunia naik. Harga minyak mentah dunia sudah naik lebih dari dua kali lipat atau 200 persen sejak 2016 berkisar US$ 32 per barel, dan saat ini melambung di kisaran US$ 80 per barel. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

TEMPO.CO, Jakarta - Realisasi penyaluran bahan bakar subsidi jenis biosolar tahun ini dipastikan melebihi kuota. Pemerintah menambah alokasi kuota BBM itu untuk memenuhi permintaan hingga akhir tahun.

Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati menyatakan meminta tambahan kuota biosolar sebesar 1,5 juta kiloliter kepada pemerintah. Menurut dia, konsumsi biosolar meningkat sejak September. "Ada kenaikan permintaan di beberapa daerah khususnya di tempat industri pertambangan dan perkebunan mengalami peningkatan," katanya. Permintaan juga didorong beroperasinya sejumlah ruas tol baik di Jawa maupun di Sumatera.

Dengan kondisi tersebut, Pertamina memperkirakan kuota solar subsidi hanya akan cukup hingga November. Buktinya, sepekan lalu terjadi kelangkaan solar subsidi di beberapa daerah. Tambahan kuota dari pemerintah menyelesaikan masalah kelangkaan itu.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2019 membatasi kuota solar subsidi hanya 14,5 juta kiloliter. Angkanya lebih rendah dari kuota tahun sebelumnya yang mencapai 15,5 juta. Pemangkasan kuota saat itu diharapkan bisa mendorong penyaluran yang lebih tepat sasaran.

Pertamina juga memperkirakan penyaluran bahan bakar minyak penugasan yaitu premium akan melebihi kuota. Alokasi premium tahun ini dipatok 11 juta kiloliter. "Prognosa di akhir 2019 mencapai 12,1 juta kiloliter," ujarnya.

Advertising
Advertising

Kuota tersebut sebenarnya lebih rendah dari 2018 yang mencapai 11,8 juta kiloliter. Pemerintah memangkasnya lantaran serapan bahan bakar beroktan 88 tersebut hanya 9,23 juta kiloliter tahun lalu. Namun Nicke menyatakan Pertamian harus menambah pasokan premium di 571 SPBU setelah mendapat penugasan tambahan untuk menyalurkan premium di Jawa, Madura, dan Bali.

Tanda penyaluran yang melebihi kuota ini sudah nampak sejak semester I 2019. Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) mencatat realisasi penyaluran solar subsidi mencapai 52 persen dari kuota yaitu 7,56 juta kiloliter. Sementara premium selama periode itu mencapai 5,87 juta kiloliter. Kuota solar dan premium di akhir tahun diperkirakan mencapai masing-masing 15,3 juta kiloliter dan 13,2 juta kiloliter.

BPH Migas sempat mengeluarkan surat edaran untuk mengendalikan kuota solar subsidi pada 1 Agustus lalu. Inti surat itu membatasi volume konsumsi solar kepada kendaraan yang berhak sehingga jumlahnya tak melampaui kuota. Salah satu poinnya adalah melarang kendaraan bermotor pengangkut hasil perkebunan, kehutanan, dan pertambangan dengan jumlah roda lebih dari enam untuk menggunakan solar subsidi. Namun edaran tersebut dicabut kembali mempertimbangkan kebutuhan pasar.

BPH Migas tak menampik kelebihan kuota dapat dipicu penyaluran yang tak tepat sasaran. "Jika ditanya ada penyaluran BBM subsidi yang tidak tepat sasaran, jawabannya ya," kata Direktur BBM BPH Migas Patuan Alfon Simanjuntak.

Dia memastikan pihaknya akan mengecek ketepatan penyaluran distribusi solar dan premium, termasuk kuota tambahan ini. Kerjasama dengan aparat penegak hukum serta pemerintah daerah, menurut dia, terus dijalin. Pengawasan juga dibantu oleh digitalisasi nozzle yang kini telah dipasang di beberapa penyalur kedua jenis BBM itu.

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Maxensius Tri Sambodo menyatakan tambahan kuota BBM ini akan menambah beban belanja negara. Pemerintah sebelumnya telah memperkirakan defisit sebesar 2-2,2 persen tahun ini akibat dampak ketidakpastian global. "Jika subsidi energi meningkat lagi mungkin kisaran defisit akan terus tertekan," katanya.

Namun Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Mohammad Faisal menyatakan keputusan pemerintah menambah kuota subsidi BBM sudah tepat. Kebijakan tersebut dapat membantu menjaga daya beli dan menggerakkan industri di tengah tekanan ekonomi global. "Konsumen dan produsen pasti akan mencari alternatif energi yang lebih murah untuk bertahan saat ekonomi lemah seperti sekarang," katanya.

Faisal menyatakan pemerintah sebaiknya tak lagi memangkas kuota subsidi tahun di depan lantaran sulit menekan konsumsi di tengah pelemahan ekonomi. Pemerintah diperkirakan akan sedikit terbantu karena harga minyak mentah dunia berpotensi turun sekitar US$ 60 per barel tahun depan dari saat ini sebesar US$ 65 per barel.

Berita terkait

Jokowi soal Rencana Pemberian Insentif Mobil Listrik: Masih Dibicarakan

10 jam lalu

Jokowi soal Rencana Pemberian Insentif Mobil Listrik: Masih Dibicarakan

Presiden Joko Widodo alias Jokowi buka suara soal kelanjutan rencana pemerintah memberi insentif untuk mobil hybrid.

Baca Selengkapnya

Pertamina Indonesian GM Tournament 2024: Pecatur Aditya Bagus Arfan dan Novendra Priasmoro Juara

1 hari lalu

Pertamina Indonesian GM Tournament 2024: Pecatur Aditya Bagus Arfan dan Novendra Priasmoro Juara

IM Aditya Bagus Arfan dan GM Novendra Priasmoro juara di pertandingan catur Pertamina Indonesian GM Tournament 2024.

Baca Selengkapnya

Gempa Garut, Pertamina Pastikan Operasional tetap Berjalan

4 hari lalu

Gempa Garut, Pertamina Pastikan Operasional tetap Berjalan

PT Pertamina Patra Niaga memastikan operasionalnya masih berjalan aman pascagempa di Garut, Jawa Barat pada Sabtu, 27 April 2024 lalu.

Baca Selengkapnya

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

6 hari lalu

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

PT Pertamina International Shipping mencatat data dekarbonisasi PIS turun signifikan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

PGN Optimalkan Produk Gas Alam Cair

6 hari lalu

PGN Optimalkan Produk Gas Alam Cair

PGN mulai optimalkan produk gas alam cair di tengah menurunnya produksi gas bumi.

Baca Selengkapnya

Harga Tiket MotoGP Mandalika Didiskon 50 Persen Selama 26 April hingga 5 Mei 2024

6 hari lalu

Harga Tiket MotoGP Mandalika Didiskon 50 Persen Selama 26 April hingga 5 Mei 2024

Harga tiket ajang MotoGP di Sirkuit Pertamina Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, didiskon 50 persen selama periode early bird.

Baca Selengkapnya

Cara Mendaftar Sebagai Penerima LPG 3 Kg Bersubsidi

8 hari lalu

Cara Mendaftar Sebagai Penerima LPG 3 Kg Bersubsidi

Bagi masyarakat yang belum terdaftar sebagai pembeli LPG 3 kg harus menunjukkan KTP dan Kartu Keluarga (KK) di pangkalan atau penyalur resmi.

Baca Selengkapnya

Di Hannover Messe 2024, Pertamina Patra Niaga Bicara Pemerataan Energi Indonesia

9 hari lalu

Di Hannover Messe 2024, Pertamina Patra Niaga Bicara Pemerataan Energi Indonesia

PT Pertamina (Persero) dan PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading berpartisipasi dalam pameran industri terkemuka internasional

Baca Selengkapnya

Pertamina Geothermal Energy Dorong Program Pengelolaan Sampah

10 hari lalu

Pertamina Geothermal Energy Dorong Program Pengelolaan Sampah

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) melakukan berbagai inisiatif untuk menjaga lingkungan.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

10 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya