CORE: Ekonomi Global Semakin Tidak Pasti di Tahun Depan

Jumat, 29 November 2019 11:15 WIB

Presiden Joko Widodo alias Jokowi berpose dengan Presiden AS Donald Trump di ruang Leaders Area, INTEX Osaka, Jepang, di sela penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20, Jumat, 28 Juni 2019. Dalam KTT G20, Jokowi akan mengangkat inovasi ekonomi digital. Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden

TEMPO.CO, Jakarta - Kebijakan ekonomi fiskal 2020 harus ekspansif setelah relaksasi moneter dan makroprudensial yang dilakukan Bank Indonesia.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyatakan arahan dari Bank Indonesia (BI) setelah pemangkasan suku bunga acuan selama 4 kali dengan total 100 basis poin (bps) adalah menunggu hasil transmisi ke sektor perbankan.

Dia menuturkan transmisi tersebut membutuhkan waktu setidaknya 4-6 bulan. Sehingga, pihak perbankan diprediksi baru bisa melakukan transmisi pada tahun depan.

“Jadi, saya pikir sebenarnya langkah BI harus diimbangi dengan kebijakan yang lebih longgar dari sisi fiskal,” kata Yusuf di Ciputra Artprenenur, Jakarta, Kamis 28 November 2019.

Dia memandang arah kebijakan fiskal sedikit ketat, sehingga untuk menambah likuiditas di masyarakat pada tahun depan harus diimbangi fiskal yang ekspansif. Pemangku kebijakan moneter dinilai sudah bersikap lebih longgar, yang memang masih dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Untuk menjaga stabilitas di tengah ketidakpastian pada tahun depan, Yusuf memproyeksi geliat ekonomi global makin tidak pasti pada 2020. Pasalnya, ada beberapa hal yang memengaruhi situasi ekonomi dunia.

Seperti, dinamika politik dan Pemilu AS. Menurutnya, saat ini, Donald Trump unggul di sejumlah polling tapi ada pula survei menyebut Presiden AS petahana itu bakal kalah.

“Trump akan menentukan arah kebijakan perang dagang tahun depan, dan kalau kita lihat dari perang dagang bukan hanya melibatkan AS dan China tetapi Uni Eropa (UE) dan meluas sampai Korea Selatan dan Jepang. Di sisi lain, keputusan Brexit masih berjalan dan ini mendorong makin tidak pastinya ekonomi global,” kata Yusuf.

Berita terkait

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

9 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

11 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

2 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

4 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

4 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

4 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

4 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya