BI Longgarkan GWM, BCA Dapat Berkah Likuiditas Rp 3 Triliun

Reporter

Bisnis.com

Editor

Rahma Tri

Jumat, 22 November 2019 14:11 WIB

Petugas Bank Indonesia melayani petugas bank BCA melakukan setoran dan penarikan uang baru di kantor Bank Indonesia, Lhokseumawe, Aceh, Kamis, 16 Mei 2019. Uang baru ini disalurkan melalui 11 bank nasional dan daerah untuk menghadapi Idul Fitri mendatang. ANTARA/Rahmad

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 50 basis poin. Dari kebijakan ini, PT Bank Central Asia Tbk., (BCA) mendapat tambahan likuiditas sekitar Rp 3 triliun.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, mengakui, langkah Bank Indonesia selaku regulator ini sangat membantu pelaku industri perbankan. Sebab, sekarang, kondisi likuiditas perbankan nasional, termasuk BCA masih tergolong ketat.

"Menurut saya sangat membantu ya. Perseroan juga dapat likuiditas tambahan sekitar Rp3 triliun," kata Jahja, Kamis 21 November 2019.

Hanya saja, Jahja menyebutkan, peningkatan fungsi intermediasi akan tetap mempetimbangkan kondisi riil industri. Pasalnya, perseroan akan tetap ketat menjaga kualitas kredit. "Kredit itu melihat industrinya. Tidak bisa sembarangan digenjot," tuturnya.

Sebelumnya, Bank Indonesia atau BI memutuskan untuk menurunkan rasio Giro Wajib Minimum atau GWM sebesar 50 basis poin menjadi 5,5 persen untuk bank umum konvensional dan 4 persen untuk bank umum syariah atau unit usaha syariah. Dengan penurunan ini, rerata rasio GWM masing-masing tetap sebesar 3 persen.

Advertising
Advertising

"Kebijakan ini ditempuh guna menambah likuiditas perbankan sehingga bisa meningkatkan pembiayaan dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Serta untuk menjaga adanya transmisi bauran kebijakan moneter," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat mengelar konferensi pers di kantornya, Kamis 21 November 2019.

Adapun kebijakan ini akan mulai berlaku efektif pada 2 Januari 2020. Kebijakan ini diambil dengan mengikuti siklus kebijakan fiskal yang sangat besar pada triwulan III 2019. Kebijakan ini diambil karena BI juga memandang bahwa selama ini pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan belum terdistribusi secara merata di sejumlah jenis Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) I, II dan III.

Dihubungi terpisah, Executive Vice President PT Bank Central Asia Tbk. Hera F Haryn pun menyampaikan penurunan GWM sangat bermanfaat bagi likuiditas perseroan. "Dengan demikian, bank memiliki spare lebih besar dalam penyaluran kredit," kata dia.

Hera menyebutkan, BCA akan memanfaatkan setiap insentif yang diberikan tersebut guna mendorong bisnis perusahaan di tahun depan.

BISNIS | DIAS PRASONGKO

Berita terkait

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

8 jam lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

13 jam lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

1 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

1 hari lalu

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia buka suara soal dominasi penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing ke sektor hilirisasi di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

1 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

1 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

2 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

2 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

3 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

4 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya