25 Kontainer Kelapa Ditolak Thailand Masih Ada di Pelabuhan

Rabu, 20 November 2019 09:55 WIB

Sebanyak 25 kontainer kelapa bulat asal Sumatera Selatan dikembalikan importir Thailand. Re-importir tersebut merugikan eksportir hingga Rp2,5 miliar. TEMPO/PARLIZA HENDRAWAN

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 25 kontainer kelapa bulat asal Sumatra Selatan ditolak oleh pembeli di Thailand. Saat ini ribuan kelapa tersebut masih berada di parkiran pelabuhan dan masih menunggu pemindahan oleh pihak eskportir ke gudang masing-masing.

Bea Cukai memastikan semua dokumen impor sudah selesai diurus oleh para pengusaha. Sedangkan para pengusaha akan melakukan langkah berikutnya untuk meminimalisir kerugian.

Dwi Harmawanto, Kepala Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi Bea dan Cukai Palembang membenarkan ke 25 kontainer kelapa masih berada di pelabuhan Boom Baru, Palembang. Meskipun demikian dia memastikan semua dokumen kepabeanan sudah diurus oleh pihak eskportir yang berada di Palembang.

Selanjutnya kelapa yang sebagian telah ditumbuhi tunas itu siap diangkut ke gudang ataupun pabrik masing-masing pengusaha. “Iya masih di Pelabuhan tapi semuanya sudah diurus,” kata Dwi Harmawanto, Rabu, 20 November 2019.

Sementara itu Direktur PT Sentral Argo Indonesia, Muhammad Rajief Nasir mengatakan pihaknya mengalami kerugian hingga Rp 100 juta rupiah setiap kontainernya. Kerugian tersebut meliputi biaya produksi mulai dari pembelian di petani, pengepulan, pengupasan, penyortiran, pengangkutan ke Pelabuhan hingga pengurusan dokumen.

Advertising
Advertising

Untuk mengurangi tingkat kerugian, ia bersama pengusaha lainnya akan menjadikan kelapa bulat tersebut sebagai bahan baku Kopra, dan tempurungnya bakal dijadikan arang. “Akan tetapi kami tetap merugi,” katanya.

Thailand menolak sebanyak 625.000 butir kelapa bulat karena adanya kelapa yang bertunas saat tiba di negara tujuan. Masing-masing kontainer berukuran 40 fit itu berisi sekitar 25 ribu butir kelapa.

Petta Aminu, eksportir dari PT. Tasindo menambahkan pada saat tiba di Thailand hanya beberapa saja dari ribuan kelapa tersebut yang ditumbuhi tunas. Namun saat ini ketika tiba kembali di Palembang, hampir semua kelapa yang dimasukkan ke dalam karung-karung itu sudah ditumbuhi tunas hingga lebih dari 30 sentimeter.

“Padahal sewaktu tiba di Thailand hanya beberapa saja yang bertunas tidak lebih dari 2 sentimeter,” katanya.

Sedangkan Direktur PT Sentral Argo Indonesia, Muhammad Rajief Nasir memastikan pihaknya telah melakukan kontrol yang ketat sebelum kelapa dikapalkan. Pihaknya tidak bisa berbuat banyak lantaran kelapa termasuk produk hidup yang bisa saja ditumbuhi tunas saat diperjalanan namun demikian pihaknya akan semakin memperketat proses produksi diantaranya dengan beusaha memotong waktu produksi.

Dia mengaku, selama ini tidak pernah mengalami kendala kualitas dari komoditas itu. “Kami berharap peran pemerintah untuk ikut membantu pengusaha menanggulangi persoalan ini,” ujarnya.

Berita terkait

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

18 jam lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

1 hari lalu

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

Zulkifli Hasan mengatakan impor difokuskan ke wilayah sentra non produksi guna menjaga kestabilan stok beras hingga ke depannya.

Baca Selengkapnya

Jadi Sorotan, Ternyata Segini Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

2 hari lalu

Jadi Sorotan, Ternyata Segini Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

Pegawai Direktorat Jenderal Bea Cukai disorot usai banyak kritikan terkait kinerjanya. Berapa gajinya?

Baca Selengkapnya

Zulhas Cerita Panjang Lebar soal Alasan Permendag Tak Lagi Batasi Barang Bawaan dari Luar Negeri

2 hari lalu

Zulhas Cerita Panjang Lebar soal Alasan Permendag Tak Lagi Batasi Barang Bawaan dari Luar Negeri

Mendag Zulhas bercerita panjang lebar soal alasan merevisi Permendag Nomor 36 Tahun 2024 soal pengaturan impor.

Baca Selengkapnya

Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

3 hari lalu

Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

Viral seorang pria yang merobek tas Hermes mewah miliknya di depan petugas Bea Cukai. Bagaimana duduk persoalan sebenarnya?

Baca Selengkapnya

Kemendag Sosialisasikan Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Soal Pengaturan Impor

3 hari lalu

Kemendag Sosialisasikan Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Soal Pengaturan Impor

Permendag nomor 3 tahun 2023 diklaim belum sempurna.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

3 hari lalu

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

Amnesty International menyiarkan temuan adanya jaringan ekspor spyware dan pengawasan ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

5 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

5 hari lalu

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

Penerimaan Bea Cukai Januari-Maret turun 4,5 persen dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Kembalikan Aturan Impor Bahan Baku Industri ke Aturan Lama, Ini Alasannya

5 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Kembalikan Aturan Impor Bahan Baku Industri ke Aturan Lama, Ini Alasannya

Mendag Zulkifli Hasan kembalikan aturan impor bahan baku industri. Apa alasannya? Begini bunyi Permendag 25/2022.

Baca Selengkapnya