TEMPO.CO, Palembang - Sebanyak 25 dari total 1.528 kontainer kelapa bulat asal Sumatera Selatan dikembalikan oleh importir dari Thailand. Dari jumlah 25 Kontainer itu pengusaha harus merugi hingga Rp100 juta setiap kontainer. Artinya kerugian yang ditanggung eksportir asal Sumatera Selatan (Sumsel) mencapai Rp2,5 miliar dari sebanyak 625.000 butir kelapa utuh yang dire-impor.
Pengembalian atau re-impor tersebut disebabkan adanya temuan kelapa yang sudah ditumbuhi tunas sekitar 1-2 sentimeter. "Sebagai upaya pencegahan terjadinya kasus yang sama, pengusaha dan pemerintah sepakat memperketat kontrol kualitas," kata Dwi Harmawanto Kepala Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi Bea Cukai Palembang, Selasa 19 November 2019.
Veta Aminu, salah seorang eksportir dari PT. Tasindo, mengaku binggung karena baru kali ini Thailand mengembalikan kelapa bulat lantaran ditumbuhi tunas kecil. Pasalnya, dia dan para pengusaha sering juga mengirim kelapa yang ditumbuhi tunas ke Thailand.
Ekspor kelapa bulat terbilang tinggi dari pelabuhan Bombaru. Selama 2019, total ekspor dari Palembang sebanyak 5.054 kontainer dengan total berat 94.070.050 ton. Dengan catatan tersebut, negara bisa mendapatkan devisa US$ 16,2 juta atau setara Rp213 miliar.
Kepala Dinas Perdagangan Sumsel Iwan Gunawan Syaputra mengatakan pihaknya bersama para pengusaha sepakat untuk memperketat proses sortir sehingga kejadian serupa tidak terulang lagi. Selain itu pihaknya akan memfasilitasi pengusaha yang akan melakukan negosiasi ulang agar mendapat kepastian dari end user.
Dia menuturkan tidak menutup kemungkinan Pemprov Sumsel akan menyiapkan sistem mekanisasi untuk memangkas biaya dan masa produksi. "Proses produksi yang sebulan itu harus dipangkas diantaranya dengan mekanisasi," kata dia.