Woobiz, Social Commerce yang Ingin Bikin Ibu-ibu Jadi Pengusaha
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 15 November 2019 16:02 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menjadi pengusaha merupakan kesempatan yang dimiliki oleh setiap orang, tak terkecuali ibu-ibu rumah tangga. Prinsip inilah yang diyakini oleh sebuah aplikasi yang menamai diri mereka social commerce, yaitu Woobiz. Platform digital ini punya ikhtiar mengajak hingga 2 juta ibu-ibu rumah tangga di Indonesia menjadi seorang micro entrepreneur.
“Kami percaya, wanita is very strong individual,” kata co-founder Woobiz, Putri Noor Shaqina, saat bertandang ke Gedung Tempo, Palmerah Barat, Jakarta Selatan, awal Oktober 2019 lalu.
Meski tidak berpendidikan tinggi, tapi selama memiliki ruang dan lingkaran sosial yang cukup, Putri percaya ibu-ibu ini bisa menjadi pengusaha. Sesuai dengan misi Woobiz yaitu memajukan perempuan Indonesia dengan menjadikannya pengusaha mikro yang mandiri secara finansial. Sehingga lahirlah Woobiz.id pada Mei 2019 setelah mendapatkan pendanaan dari investor pada Desember 2019.
Sederhananya, Woobiz membantu ibu-ibu, termasuk perempuan lainnya, untuk membeli barang secara online, lalu menjualnya secara offline. Lewat laman resminya, woobiz.id, tersedia berbagai pilihan barang yang bisa diakses oleh para ibu-ibu yang kemudian disebut sebagai Mitra Woobiz. Setelah barang dibeli, maka para mitra ini diharapkan menjualnya ke komunitas terdekat mereka, seperti forum pengajian hingga forum arisan.
Tugas Woobiz belum berhenti. Saat para ibu-ibu mitra melakukan pemesanan, tim dari Woobiz telah mengkurasi barang tersebut agar sesuai dengan kebutuhan di komunitas mereka. Proses ini melibatkan machine learning. Sehingga, potensi barang tidak laku dan stok menumpuk bisa dihindari. Sementara keuntungan diperoleh ibu-ibu mitra dari komisi penjualan setiap produk.
Mengapa cara ini dinilai efektif? Pertama karena berbagai merek produk besar memiliki keterbatasan rantai distribusi dari produk mereka. Berbagai brand besar yang juga menjadi penyalur di Woobiz, kata Putri, mengakui mereka tetap percaya bahwa kekuatan penjualan secara lisan, dari mulut ke mulut, masih sangat berpengaruh. Di sisi lain brand kecil juga tertarik karena mereka kesulitan untuk memasarkan produk mereka secara masif.
<!--more-->
Sehingga saat ini, sekitar 20 brand besar saat ini telah bekerja sama dengan Woobiz, agar barang-barang produksi mereka bisa dijual oleh ibu-ibu mitra. Di antaranya yaitu seperti kosmetik Celebon dari Korea, Orang Tua Group, Kimbo, hingga Minyak Kutus-kutus. Sementara secara total, jumlahnya terdapat 60 brand dengan 600 produk yang telah bekerja sama. Ratusan produk ini terdiri dari pakaian, makanan minuman, hinga komestik.
Kedua karena barang langsung ada di depan para pembeli. Putri mencontohkan ketika seorang ibu mitra Woobiz menjual sebuah produk kosmetik di acara pengajian. Maka, produk itu bisa dilihat langsung dan dikomplain saat itu juga ketika ada keluhan. Hal ini, kata Putri, diakui sendiri oleh beberapa ibu-ibu yang disurvei tim Woobiz.
Putri memastikan, Woobiz tidak bekerja dengan sistem MLM alias Multi Level Marketing (MLM) yang selama ini dikenal. Alih-alih memperbanyak lapisan distribusi, Woobiz lebih ingin seorang ibu-ibu mitra mendapatkan ilmu yang menyeluruh untuk menjadi seorang pengusaha.
Sehingga, Woobiz membatasinya hanya satu lapisan distribusi, Mereka inilah yang akan terus dibina oleh Woobiz agar usaha mereka berkembang. Menurut Putri, Woobiz sadar potensi ibu-ibu mengembangkan cabang seperti MLM tetap ada. “Itu keputusan mitra, tapi kita ga bisa benefit,” ujarnya.
Oktober ini, tiga bulan sudah Woobiz diakses secara terbuka untuk publik. Dalam rentang waktu ini, Putri dan rekan-rekannya di Woobiz turun ke lapangan melakukan roadshow dengan bantuan Pak Camat dan Bu Camat. Dari 30 sampai 50 orang yang ikut, Putri menyebut sekitar 10 sampai 15 orang antusias untuk kemudian berjualan menggunakan Woobiz.
Selama waktu yang singkat ini, Woobiz pun berhasil mengumpulkan sebanyak 750 orang ibu-ibu mitra dan memberikan pelatihan pada 500 orang di antaranya. “Kami ingin perempuan Indonesia, minimal dapat penghasilan setara UMR (Upah Minimum Regional), meski tidak bekerja dengan orang lain,” ucap Putri.