LPS Klaim Kredit Bermasalah di Perbankan Masih Aman

Reporter

Bisnis.com

Selasa, 5 November 2019 07:22 WIB

Rasio Kredit Macet Syariah Menurun

TEMPO.CO, Jakarta - Kredit bermasalah atau non performing loan industri perbankan dinilai masih relatif aman dan pada akhir tahun ini bisa berada di bawah 3 persen kendati mulai meningkat dalam 3 bulan terakhir.

Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Fauzi Ichsan mengatakan NPL masih bisa terjaga di bawah 3 persen dengan tingginya bantalan permodalan perbankan Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang stabil, serta turunnya suku bunga rupiah dan global.

Menurut Fauzi, NPL perbankan yang saat ini berada di kisaran 2,6-2,7 persen, relatif lebih rendah dibandingkan NPL ketika krisis global pada 2008 dan resesi global 2009.

Selain itu, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan jauh lebih baik dimana saat ini mencapai 23,3 persen. “Sedangkan kalau dilihat dari sisi industri dan makro, Indonesia masih aman dengan pertumbuhan ekonomi 5-5,1 persen dibanding pertumbuhan ekonomi dunia yang hanya 3,5 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih tertinggi ketiga di G20,” katanya dalam acara "Economic Outlook: Keketatan Likuiditas dan NPL Ancam Perbankan Nasional" di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, 4 November 2019.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif aman tersebut, ujar Fauzi, ancaman NPL akan meningkat tajam relatif kecil. Pada kuartal keempat, NPL diprediksi tidak akan banyak berubah dari level saat ini mengingat stabilnya ekonomi domestik.

Advertising
Advertising

“Yang menjadi support buffer perbankan itu kan pertumbuhan ekonomi ditambah turunnya suku bunga global dan suku bunga rupiah, serta stabilnya KUR,” ujarnya.

Komisaris Independen BCA Raden Pardede juga menuturkan hal senada. NPL perbankan hingga akhir tahun diperkirakan tidak akan mencapai tiga persen namun dengan catatan pertumbuhan ekonomi relatif stabil atau meningkat.

“NPL (kredit seret) seperti yang dilihat sekarang ini masih bisa ditekan di bawah tiga persen. Untuk ukurang global di bawah tiga persen relatif rendah. Tapi kalau pertumbuhan ekonomi melambat lebih jatuh lagi, itu sangat berbahaya terhadap NPL,” ujar Raden.

Oleh karena itu, lanjutnya, perlu ada stimulus agar perekonomian domestik tidak melemah. Selain itu, perbankan juga perlu melakukan antisipasi.

“Kalau ada yang bisa dilakukan restrukturisasi di awal, diperbaiki lebih awal, dimitigasi risikonya, itu dilakukan sekarang, jangan nanti. Hal-hal itu yang harus dilakukan,” katanya.

Berita terkait

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

1 jam lalu

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mendorong lembaga keuangan penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memprioritaskan kalangan difabel.

Baca Selengkapnya

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

12 jam lalu

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

PT Chandra Asri Pacific Tbk. (Chandra Asri Group) meraih pendapatan bersih US$ 472 juta per kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

1 hari lalu

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

PT Bank OCBC NISP Tbk. mencetak laba bersih yang naik 13 persen secara tahunan (year on year/YoY) menjadi sebesar Rp 1,17 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

1 hari lalu

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

2 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

3 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

3 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

6 hari lalu

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

BTN mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 7,4 persen menjadi Rp 860 miliar pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

7 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya