Permintaan Barang Rendah, Industri Manufaktur Melemah

Senin, 4 November 2019 07:30 WIB

Sejumlah karyawan PT Solo Manufaktur Kreasi sedang merakit transmisi untuk kendaraan pikap Esemka Bima di pabrik perakitan mobil Esemka di Boyolali, 6 September 2019. TEMPO/Wawan Priyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Industri manufaktur melemah tertekan rendahnya permintaan terhadap barang produksi dalam negeri. Laporan IHS Market mengenai Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia menunjukkan tren turunnya permintaan tersebut.

Kepala Ekonom IHS Market Bernard Aw menyatakan PMI Indonesia pada Oktober 2019 berada di level 47,7. Posisinya terus merosot sejak Mei 2019. Indeks tersebut bahkan mendekati posisi terendah sejak November 2015 yang mencapai 46,4.

Bernard menuturkan permintaan terhadap barang terus melemah hingga memicu produksi menurun. "Ada laporan juga mengenai kenaikan inventaris barang tidak terjual yang berpotensi semakin mengurangi jumlah produksi di bulan-bulan berikutnya," kata dia dalam laporan tersebut, seperti dilansir Koran Tempo, Senin 4 November 2019.

Di tengah kondisi ini, Bernard mengatakan pengusaha harus menghadapi sejumlah tantangan seperti mengurangi belanja dan pengurangan jumlah pegawai. Pengusaha juga diperkirakan harus memotong harga jual barang.

Advertising
Advertising

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menyatakan pelemahan di sektor manufaktur ini merupakan tren lanjutan perlambatan industri tersebut sejak tiga tahun terakhir. "Ada gejala de-industrialisasi dini karena faktor pendorong industri manufaktur tidak bisa berjalan dengan optimal," kata dia.

Koordinasi antar kementerian menjadi salah satu pemicu de-industrialisasi. Yusuf mencontohkan kebijakan mengenai harga gas khusus industri yang lamban diimplementasikan karena koordinasi Kementerian Energi dan Kementeri Perindustrian yang rendah.

Dia juga menyoroti kurangnya dukungan pemerintah terhadap pembiayaan industri manufaktur di Indonesia. "Tanpa dorongan likuiditas, sulit bagi bagi industri manufaktur berkembang," ujarnya. Dalam konteks industri tekstil misalnya, hampir 30 persen mesin produksi tekstil sudah berumur lebih dari 30 tahun. Mesin-meisn tua itu menghambat daya saing. Di sisi lain, banyak pengusaha kesulitan membeli alat baru yang mahal di tengah permintaan yang menurun dan banjirnya produk impor murah di pasar.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto menyatakan pelemahan perekonomian global juga mempengaruhi industri manufaktur. Kinerja ekspor tertahan, terutama karena perang dagang. "Manufaktur kita masih sangat tergantung order dari luar negeri sehingga begitu pesanan turun ekspansi ke pasar baru tak mudah dilakukan," katanya. Para pengusaha dinilai perlu lebih antisipatif terhadap risiko permintaan dari luar negeri tersebut.

Selain membantu negosiasi pembukaan pasar baru, Eko menilai pemerintha perlu membenani sistem pengupahan dengna berfokus pada upah produktif. Masalah tingginya upah pekerja menjadi salah satu hambatan terbesar di dalam negeri. Selain itu, infrastruktur logistik masih perlu ditambah untuk mempermudah distribusi barang. Harga energi seperti listrik dan gas pun perlu dikaji kembali agar lebih kompetitif sehingga bisa mengurangi biaya produksi.

Dalam lima tahun ke depan, industri manufaktur menjadi salah satu prioritas pemerintah. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menyataka telah menyiapkan sejumlah strategi agar produktivitas industri tersebut meningkat, tak hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik tapi juga ekspor. Salah satunya dengan menerapkan peta jalan teknologi industri 4.0. "Misalnya menggunakan internet of things atau artificial intelligence," katanya.

<!--more-->

Penerapan itu, menurut dia, mampu mengoptimalkan potensi penambahan pertumbuhan ekonomi sekitar 1-2 persen. Kontribusi industri terhadap produk domestik bruto juga diproyeksikan mencapai 25 persen dengna peningkatan ekspor mencapai 10 persen.

Dia optimistis industri manufaktur terus meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri manufaktur skala besar dan sedang pada kuartal III 2019 tumbuh 4,35 persen terhadap periode yang sama 2018.

Berita terkait

Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

2 hari lalu

Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

Pemerintah RI membahas langkah strategis mengurangi emisi karbon sektor industri di ajang pameran global Hannover Messe 2024 Jerman.

Baca Selengkapnya

Pupuk Kujang Kembangkan Produksi Es Kering

9 hari lalu

Pupuk Kujang Kembangkan Produksi Es Kering

Pupuk Kujang menambah lini produk non pupuk dengan meresmikan pabrik dry ice atau es kering memanfaatkan produksi pabrik CO2 cair.

Baca Selengkapnya

Menperin Sebut Produk Apple Bisa Lebih Murah Kalau Proses Manufaktur di Indonesia

9 hari lalu

Menperin Sebut Produk Apple Bisa Lebih Murah Kalau Proses Manufaktur di Indonesia

Pemerintah menginginkan perusahan-perusahaan teknologi dunia seperti Apple menjadikan Indonesia sebagai bagian supply chain.

Baca Selengkapnya

Impor Dibatasi, Pengusaha Tekstil: Meski Belum Signifikan, Tren Kinerja Industri TPT Mulai Positif

14 hari lalu

Impor Dibatasi, Pengusaha Tekstil: Meski Belum Signifikan, Tren Kinerja Industri TPT Mulai Positif

Asosiasi Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) mengungkapkan dampak kebijakan pembatasan impor yang diterapkan oleh pemerintah.

Baca Selengkapnya

CIPS Nilai Aturan Pembatasan Impor Berpotensi Lemahkan Daya Saing Produk Dalam Negeri

20 hari lalu

CIPS Nilai Aturan Pembatasan Impor Berpotensi Lemahkan Daya Saing Produk Dalam Negeri

Dengan aturan ini, dokumen lartas yang sebelumnya hanya berupa laporan survey (LS) kini bertambah menjadi LS dan Persetujuan Impor.

Baca Selengkapnya

Bos Tokopedia Dukung Usulan Teten Soal Pengaturan Harga Produk di E-commerce

23 hari lalu

Bos Tokopedia Dukung Usulan Teten Soal Pengaturan Harga Produk di E-commerce

Tokopedia menyatakan bersedia bekerja sama dan membantu penerapan aturan.

Baca Selengkapnya

Zulhas Musnahkan 11 Jenis Barang Impor Ilegal Senilai Rp 9,3 Miliar, Apa Saja?

30 hari lalu

Zulhas Musnahkan 11 Jenis Barang Impor Ilegal Senilai Rp 9,3 Miliar, Apa Saja?

Zulhas memimpin pemusnahan barang impor ilegal yang didapat dari pengawasan post border. Adapun total nominal barang itu mencapai Rp 9,3 miliar.

Baca Selengkapnya

Menteri Teten Masduki: Industri Knalpot Aftermarket Punya Potensi Ekonomi Besar

32 hari lalu

Menteri Teten Masduki: Industri Knalpot Aftermarket Punya Potensi Ekonomi Besar

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyatakan industri knalpot aftermarket punya potensi ekonomi besar.

Baca Selengkapnya

AFPI Jamin Debt Collector Fintech Lending Punya Kode Etik dan Sertifikasi

35 hari lalu

AFPI Jamin Debt Collector Fintech Lending Punya Kode Etik dan Sertifikasi

AFPI menjamin penagih utang dalam industri fintech lending sudah bersertifikat.

Baca Selengkapnya

THR dan Gaji ke-13 ASN Dinilai Tak Efektif Kerek Perekonomian, Ekonom: Perbaiki Upah Pekerja Sektor Industri dan Jasa

36 hari lalu

THR dan Gaji ke-13 ASN Dinilai Tak Efektif Kerek Perekonomian, Ekonom: Perbaiki Upah Pekerja Sektor Industri dan Jasa

Ekonomi CORE Eliza Mardian mengatakan, THR dan gaji ke-13 ASN tak berdampak signifikan bagi perekonomian.

Baca Selengkapnya