IHSG Pekan Depan Diramalkan Bakal Terus Menguat

Minggu, 3 November 2019 13:32 WIB

Jurnalis melakukan sesi wawancara di dekat refleksi layar pergerakan IHSG, Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, 10 Juni 2019. Pasca libur Lebaran, perdagangan IHSG dibuka menguat 90,91 poin atau 1,4 persen ke 6.300,036, sementara pada sore harinya IHSG diutup di level 6.289,61. ANTARA/Sigid Kurniawan

TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan depan diprediksi bakal terus menguat. Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan IHSG diperkirakan menguat didukung oleh sentimen tren suku bunga rendah Bank Indonesia (BI).

"Dari dalam negeri tren bunga rendah masih akan berlangsung cukup lama. Suku bunga rendah dalam negeri menjadi sentiemen positif bagi pasar," kata Hans Kwee dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Ahad 3 November 2019.

Hans memperkirakan pada pekan depan, IHSG akan berpeluang terkonsolidasi menguat dengan support level dalam tentang 6.178 sampai 6.099. Kemudian level of resistance berada pada rentang 6.304 sampai 6.348.

Adapun sepanjang pekan kemarin IHSG cenderung melemah pelemahan dari level 6.252 menjadi 6.207 atau menurun sebesar 0,72 persen. Dengan penurunan ini nilai kapitalisasi pasar juga ikut menurun 0,73 persen menjadi Rp 7.138,198 triliun dari Rp 7.190,749 triliun.

Merujuk data RTI, sepanjang pekan kemarin dana asing kabur sebesar Rp 1,73 triliun di seluruh jenis pasar. Sedangkan sepanjang 2019, asing masih mencatatkan nett buy atau aksi beli bersih sebesar Rp 47,920 triliun.

Advertising
Advertising

Hans melanjutkan, dari dalam negeri sentimen positif juga datang dari inflasi Oktober 2019 yang tercatat cukup rendah sebesar 0,02 persen. Angka ini tercatat lebih rendah secara tahunan pada Oktober 2018, namun lebih tinggi dibandingkan September 2019 yang mengalami deflasi.

Sementara itu, sentimen dari luar akan datang dari perkembagan negosiasi perang dagang antara Cina dengan Amerika Serikat (AS). Menurut Hans, sebelumnya dikabarkan telah terjadi kemajuan dalam negosiasi damai perang dagang antara Cina dan AS.

"AS ingin menandatangani kesepakatan pada awal November meskipun perjanjian fase pertama belum selesai dan beberapa masalah akan didorong kepada fase kedua," kata Hans.

Kendati demikian, perang dagang juga diwarnai pernyataan pejabat Cina yang pesimistis dengan adanya kesepakatan dalam jangka panjang. Dalam laporan tersebut diungkapkan bahwa Cina juga enggan untuk berkomitmen memenuhi tuntutan AS.

"Khususnya untuk membeli produk pertanian AS senilai USD 50 miliar. Hal ini menjadi perhatian pasar kanena akan menjadi sentimen ketidakpastian di pasar," ujar Hans.

Berita terkait

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Resmi Tutup, Apa Sebabnya?

10 jam lalu

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Resmi Tutup, Apa Sebabnya?

PT Sepatu Bata resmi menutup pabriknya di Purwakarta yang telah dibangun sejak 1994. Pabrik ditutup imbas kerugian dan tantangan industri.

Baca Selengkapnya

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

2 hari lalu

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

Saham Freeport akhirnya 61 persen dikuasai Indonesia, berikut kronologi dari jatuh ke Bakrie sampai skandal Papa Minta Saham Setya Novanto.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

3 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

3 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

5 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

5 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

5 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

6 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

6 hari lalu

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

IHSG menguat 0,86 persen ke level 7.097,2 dalam sesi pertama perdagangan Senin, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

9 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya