Ekspor Tekstil RI ke AS Naik 30 Persen tapi Kalah dari Vietnam

Selasa, 29 Oktober 2019 13:22 WIB

Pekerja menyelesaikan produksi kain sarung di Pabrik Tekstil Kawasan Industri Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat 4 Januari 2019. Kementerian Perindustrian menargetkan ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) pada tahun 2019 mencapai 15 miliar dollar AS atau naik 11 persen dibandingkan target pada tahun 2018. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia atau Kadin Rosan Roeslani menyatakan industri garmen dan tekstil di Indonesia berpeluang tumbuh pesat dalam lima tahun ke depan. Hal ini dengan catatan bila situasi perang dagang Amerika Serikat-Cina yang sampai saat ini masih terus terjadi bisa dimanfaatkan.

Rosan bahkan yakin dalam lima tahun mendatang, ekspor kedua produk itu bisa bertumbuh hingga empat kali lipat. Kondisi ini terjadi lantaran Indonesia berangsur mulai menggantikan posisi Cina sebagai pemasok produk garmen dan tekstil untuk Amerika Serikat setelah perang dagang pecah.

Hal itu, kata Rosan, tercermin dari meningkatnya nilai ekspor kedua produk ke Negeri Abang Sam. "Saya bicara dengan asosiasi garmen, tekstil, tahun ini kita menikmati ekspor kita naik 25-30 persen untuk ke Amerika Serikat. Kita makin kompetitif," ujar Rosan dalam diskusi bertajuk "Economic Outlook" di Balai Kartini, Jakarta, Selasa, 29 Oktober 2019.

Rosan mengatakan, pada 2018, ekspor produk garmen dan tekstil Indonesia secara keseluruhan tercatat mencapai US$ 10 miliar. Sedangkan pada 2019, ekspor garmen naik US$ 3 miliar menjadi US$ 13 miliar.

Kendati begitu, Indonesia masih kalah dengan Vietnam yang saat ini ekspor tekstil dan garmennya sudah mencapai US$ 35 miliar atau naik tiga kali lipat dalam setahun. Vietnam lebih dulu memanfaatkan situasi perang dagang dengan menarik Cina merelokasi pabriknya di sana.

Cina merelokasi pabriknya ke sejumlah negara, termasuk Vietnam, lantaran AS memukulnya dengan biaya masuk. AS beberapa waktu lalu mematok biaya masuk barang dagang dari Cina naik sebesar 25 persen. Di tengah eskalasi perang dagang, Cina lalu mencabut 33 perusahaannya dari AS sebagai aksi balasan.

Pengalihan pabrik Cina ke beberapa negara seperti Vietnam berhasil membuat industri mereka moncer. Namun begitu, dari 33 perusahaan yang direlokasi, tak satu pun masuk ke Indonesia.

Rosan mengatakan investasi masuk ke dalam negeri dinilai sulit karena terhambat sejumlah hal, seperti keruwetan birokrasi. "Kenapa investasi enggak masuk Indonesia, itu karena birokrasi berkepanjangan. Yang kita perlu jaga adalah daya beli kalau kita mau capai 5 persen," ujarnya.

Berita terkait

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

2 jam lalu

Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

Kejati Bali melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap oknum Bendesa Adat di Bali. Bendesa itu diduga melakukan pemerasan investasi.

Baca Selengkapnya

Apple dan Microsoft Bilang ke Jokowi Mau Investasi di Indonesia, Ahli ICT Beri Catatan Ini

5 jam lalu

Apple dan Microsoft Bilang ke Jokowi Mau Investasi di Indonesia, Ahli ICT Beri Catatan Ini

Ahli ini menyatakan tak anti investasi asing, termasuk yang dijanjikan datang dari Apple dan Microsoft.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

7 jam lalu

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

Amnesty International menyiarkan temuan adanya jaringan ekspor spyware dan pengawasan ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

8 jam lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Rencana Investasi Microsoft Senilai Rp 27,6 Triliun, Pengamat: Harus Jelas Pembuktiannya

8 jam lalu

Rencana Investasi Microsoft Senilai Rp 27,6 Triliun, Pengamat: Harus Jelas Pembuktiannya

Rencana investasi Microsoft itu diumumkan melalui agenda Microsoft Build: AI Day yang digelar di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan Jalan 5 Inpres di NTB Senilai Rp 211 Miliar: Anggaran yang Tidak Kecil

13 jam lalu

Jokowi Resmikan Jalan 5 Inpres di NTB Senilai Rp 211 Miliar: Anggaran yang Tidak Kecil

Jokowi meresmikan pelaksanaan Instruksi Presiden (Inpres) Jalan Daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Kamis pagi, 2 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Vietnam Didatangi 6,2 Juta Turis Asing pada Januari - April 2024, Lebih Tinggi dari Sebelum Pandemi

16 jam lalu

Vietnam Didatangi 6,2 Juta Turis Asing pada Januari - April 2024, Lebih Tinggi dari Sebelum Pandemi

Korea Selatan tercatat sebagai negara penyumbang wisatawan asing terbesar di Vietnam dengan jumlah 1,6 juta orang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

1 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya