Ancaman Ekonomi 2020, Potensi Resesi dan Depresiasi Rupiah

Senin, 28 Oktober 2019 18:55 WIB

Agustinus Prasetyantoko. indonesiafinancetoday.com

TEMPO.CO, Jakarta - Empat kali pemangkasan suku bunga di tahun ini yang dilakukan Bank Indonesia dinilai tidak berbahaya bagi likuiditas selama kebijakan ekonomi fiskal bisa ikut merelaksasi kebijakan ekspor. Relaksasi kebijakan ekspor penting untuk menjaga neraca perdagangan.

Rektor dan juga Ekonom Unika Atma Jaya A. Prasetyantoko menuturkan relaksasi yang dilakukan Bank Indonesia adalah upaya untuk menjaga pertumbuhan di atas 5 persen pada 2020. Apalagi, dengan peluang adanya perlambatan ekonomi dunia, diawali dengan menurunnya permintaan dan volume ekspor-impor, maka instrumen moneter perlu menyesuaikan diri.

“Tahun depan kalau ancaman dimana pertumbuhan ekonomi ini semakin dalam dan gejolak meningkat, kita harus mainkan instrumen jangka pendek jika terjadi tekanan, atau di action rate suku bunga bisa dinaikkan lagi,” ujar Prasetyantoko di Gedung Yustinus Unika Atma Jaya, Senin 28 Oktober 2019.

Pengajar di Graduate School of Business Magister Manajemen Ekonomi Terapan Unika Atma Jaya ini mengatakan, hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada potensi resesi tahun depan adalah krisis finansial, aliran modal keluar (capital outflow), dan depresiasi nilai tukar.

Beberapa dampak yang perlu diperhitungkan sedini mungkin oleh pengambil kebijakan adalah penurunan harga komoditas yang bisa memberi pukulan pada pelemahan ekspor lebih lanjut dan penurunan penerimaan.

Advertising
Advertising

“Maka selain kebijakan moneter, kebijakan fiskal (relaksasi) diperlukan, relaksasi ekspor, itu juga arah yang bisa dilakukan,” tuturnya.

Dampak lainnya adalah berkurangnya investasi langsung atau foreign direct investment (FDI) maupun investasi portofolio. Bisnis.com mencatat, aliran modal asing portofolio secara year to date, Januari sampai 24 Oktober 2019 tercatat Rp210 triliun. Secara rinci, aliran modal asing tersebut meliputi Rp157,6 triliun untuk Surat Berharga Negara (SBN), dan saham Rp50,3 triliun.

Jika secara week-to-date, sampai 24 Oktober 2019 aliran modal masul tercatat Rp12,03 triliun. Adapun porsi Surat Berharga Negara (SBN), dan Rp12,19 triliun, tetapi saham tercatat aliran dana keluar sebesar Rp230 miliar atau Rp0,23 triliun.

“Ini adalah risiko yang mesti diantisipasi dan apa kebijakan yang struktural untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas,” kata Prasetyantoko.

Berita terkait

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

3 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

4 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini masih akan menguat pada rentang Rp 16.110 - Rp 16.180. Pasar merespons kemenangan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

4 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

5 hari lalu

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Tak Pengaruhi Rupiah, Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan

6 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Tak Pengaruhi Rupiah, Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan

Ekonom menyebut putusan MK terkait sidang sengketa Pilpres tak banyak mempengaruhi nilai tukar rupiah.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

6 hari lalu

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

Yusuf Wibisono menilai bukan putusan MK yang memberi pengaruh terhadap nilai tukar rupiah, melainkan konflik geopolitik dan kebijakan The Fed.

Baca Selengkapnya

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

6 hari lalu

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

Kendati terjadi pelemahan rupiah, Airlangga mengklaim rupiah masih lebih baik dibanding mata uang lain. IHSG juga diklaim lebih baik dari negara lain.

Baca Selengkapnya

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

6 hari lalu

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

Nilai tukar rupiah yang melemah menambah beban karena banyak utang pemerintah dalam denominasi dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Menguat di Tengah Putusan MK, Penutupan Perdagangan Rp 16.237

7 hari lalu

Rupiah Diprediksi Menguat di Tengah Putusan MK, Penutupan Perdagangan Rp 16.237

Rupiah diprediksi dan tak terpengaruh dengan putusan MK. Rupiah spot hari ini ditutup pada Rp 16.237 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

7 hari lalu

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

Konflik Timur Tengah ini dikhawatirkan akan bereskalasi menjadi perang yang lebih besar. Nilai tukar rupiah semakin melemah.

Baca Selengkapnya