Bank Indonesia: Rupiah Menguat 2,5 Persen Sejak Awal Tahun

Editor

Rahma Tri

Kamis, 24 Oktober 2019 16:06 WIB

Ilustrasi Uang Rupiah. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan nilai tukar rupiah terus menguat sejak awal tahun. Penguatan rupiah ini sejalan dengan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia yang tetap baik.

Bank Indonesia mencatat, pada Oktober 2019, rupiah terapresiasi 1,18 persen secara point to point dibandingkan dengan level akhir September 2019. "Dengan perkembangan tersebut Rupiah sejak awal tahun sampai dengan 23 Oktober 2019 tercatat menguat 2,50 persen year to date," kata Perry saat menggelar konferensi pers di Jakarta, Kamis, 24 Oktober 2019.

Penguatan rupiah, kata Perry, didukung oleh aliran masuk modal asing yang tetap berlanjut. Juga didukung oleh bekerjanya mekanisme permintaan dan pasokan valas dari para pelaku usaha.

Selain itu, ketidakpastian pasar keuangan global yang sedikit menurun turut memberikan sentimen positif terhadap rupiah. "Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar rupiah tetap stabil sesuai dengan fundamentalnya dan mekanisme pasar yang terjaga," ujar Perry.

Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, kata Perry, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik pasar uang maupun pasar valas.

<!--more-->

Nilai tukar atau kurs rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak menguat 35 poin atau 0,25 persen menjadi Rp 13.997 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya di level Rp 14.032 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp 14.032 per dolar AS, menguat 0,64 persen atau 9 poin, menjadi penguatan terbaik kedua di Asia. Sepanjang pekan terakhir, rupiah telah bergerak menguat 0,35 persen.

Sepanjang tahun berjalan, rupiah juga berhasil mempertahankan posisinya menjadi mata uang dengan kinerja penguatan terbaik ketiga di Asia dengan menguat 2,55 persen.

Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa sentimen susunan kabinet Presiden Joko Widodo untuk periode kedua masih menopang penguatan rupiah. Respons pasar terhadap susunan menteri tersebut cukup positif dan menimbulkan optimisme terhadap lima tahun ke depan.

“Optimisme [untuk pertumbuhan ekonomi 5 tahun ke depan] muncul, tetapi masih harus didukung dengan data. Rupiah tidak akan menguat terus-menerus dan masih akan bergantung kepada data ekonomi Indonesia setelah kabinet ini bekerja,” ujar Ariston kepada Bisnis, Rabu, 23 Oktober 2019.

HENDARTYO | BISNIS | ANTARA

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

1 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

2 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

2 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

2 hari lalu

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

AdaKami akan berfokus pada pendanaan untuk usaha mikro dan kecil.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

3 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

3 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya