Darmin Nasution: Ada Saat Pasang Badan, Ada Juga Menahan Perasaan
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Sabtu, 19 Oktober 2019 11:18 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution beberapa saat lagi bakal segera mengakhiri masa tugasnya di kabinet pertama Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Jelang akhir masa bakti ini, Darmin berkumpul dengan menteri-menteri ekonomi yang selama tiga tahun terakhir bekerja sama dengannya. Dalam kesempatan ini pula, Darmin yang kerap disapa Opung ini berbagi kisah soal berbagai kesulitan yang Ia alami selama ini.
“Yang paling menyibukkan saya yaitu dalam hal koordinasi beberapa komoditi, yang paling ruwet persoalannya adalah beras, gula, bawang putih, dan telur,” kata Darmin dalam Ngobrol Pinter tentang Ekonomi di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat, 18 Oktober 2019.
Darmin mengatakan, salah satu kesulitan yaitu saat harus menyamakan data antar kementerian. Jika sudah begini, kesimpulan pun pasti akan berbeda-beda. “Sehingga yang satu bilang ini kurang, tapi yang lain bilang di tempat sana sedang panen,” kata Darmin. Dalam situasi begini, Darmin mengaku kerap pasang badan saja untuk memutuskan impor bahan pangan. Kebijakan ini yang membuat Ia langsung menjadi sasaran caci maki satu republik.
Tapi, Darmin tetap teguh pada pendiriannya. Sebab pada akhirnya, penduduk Indonesia bisa merasakan inflasi yang stabil di angka 3 persen dalam lima tahun terakhir. Mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini mengatakan, belum pernah republik ini menikmati stabilitas harga pangan seperti yang saat ini terjadi. “Jangan anggap remeh,” kata dia.
Ia lantas membandingkannya dengan masyarakat Amerika Serikat yang jarang merasakan gejolak harga pangan sehingga tak perlu mengecek perubahannya setiap bulan. Sebab, harga suatu barang tahun ini dan tahun depan sama saja karena inflasi yang hanya 1,5 persen. Darmin ingin Indonesia pun demikian, “kita harusnya menuju ke sana.”
Kesulitan belum selesai karena masih harus ditambah dengan perilaku antar menteri ekonomi yang berbeda satu sama lain. Ada yang sering hadir, tapi ada pula yang hanya diwakili oleh pejabat eselon I. Selain itu, tak jarang, adu argumen yang serius juga muncul. “Kadang uring-uringan juga sih, tapi pada dasarnya berjalan kok,” ujarnya, di depan para menteri ekonomi yang hadir.
<!--more-->
Bagaimanapun, pria kelahiran Mandailing Natal, Sumatera Utara ini menilai kebijaksanaan dalam menyikapi kesulitan memang harus dimiliki seorang menteri koordinator. “Kadang-kadang injek kaki, kadang-kadang elus punggungnya, tapi tidak pernah sampai injak lutut, gaduh nanti itu republik,” ujarnya.
Selain bijaksana, Darmin pun mengganggap sabar menjadi salah satu modal penting yang dibutuhkan untuk menjadi Menteri Koordinator. ”Jadi ada saatnya pasang badan, ada saatnya juga menahan perasaan,” ujarnya seraya tertawa kecil, sedang menteri lain dan peserta acara, khusyuk mendengar curhatan hati pria yang sudah menginjak usia 70 tahun ini.