Jadi Pasar Keuangan Syariah Terbesar, RI Kalahkan 3 Negara Ini
Reporter
Eko Wahyudi
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 18 Oktober 2019 07:03 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Director General of Cambridge Institute of Islamic Finance (Cambridge-IIF) Humayon Dar mengatakan, Indonesia kini menempati peringkat pertama dalam pasar keuangan syariah global. Faktor yang paling mendorong adalah perkembangan regulasi dan peningkatan ekosistem industri perbankan dan keuangan syariah, dukungan politik yang kuat, dan potensi yang besar.
"Dalam beberapa tahun terakhir, Malaysia, Iran dan Arab Saudi berada di posisi atas. Tapi tahun ini, Indonesia lead the ranking to become global hub in Islamic finance. Ini karena pemerintah men-support Islamic finance," kata dia di kantor Bappenas, Jakarta,Kamis 17 Oktober 2019.
Adapun dalam laporan Global Islamic Finance Report 2019, Indonesia meraih nilai 81,93 pada Islamic Finance Country Index (IFCI) 2019 yang membuat Ibu Pertiwi duduk pada peringkat pertama pasar keuangan syariah global.
Humayon mengungkapkan, peran kuat pemerintah sebagai faktor pendorong utama banyak disebabkan oleh komitmen pemerintah melalui pembentukan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS). "Ada dukungan secara politik juga. In terms if give support, ada top level support," ucapnya.
Adapun KNKS dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 91 tahun 2016. KNKS juga dipimpin langsung oleh Presiden untuk mempercepat, memperluas, dan memajukan pengembangan keuangan syariah untuk mendukung perekonomian nasional.
<!--more-->
Humayon menuturkan, Indonesia semakin optimal karena berhasil menciptakan ekosistem regulasi ekonomi dan keuangan syariah yang kuat. Bahkan pengenalan sukuk wakaf dan pelepasan Prinsip Inti Wakaf oleh pemerintah telah membuka potensi dan peluang yang lebih besar dalam menjembatani kesenjangan pembiayaan untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan.
Sementara itu, Direktur Eksekutif KNKS Ventje Rahardjo Soedigno menuturkan, perkembangan perbankan syariah masih cukup besar. Mengingat, industri halal akan terus berkembang sampai beberapa tahun ke depan.
"Kita punya 50 juta sampai 60 juta kelas menengah. Pangsa pasarnya sangat besar. Kami masih melihat dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga, ini adalah potensi pasar yang besar," kata Ventje.
Ventje menuturkan, makin banyak industri halal dan riil dari syariah yang membutuhkan pembiayaan. Karena saat ini makin banyak hal-hal konvensional yang dibiayai melalui jalur syariah.
Menurut catatan Otoritas Jasa Keuangan 2019, aset keuangan Syariah Indonesia (tidak termasuk saham Syariah dan Baitul Mal wat Tamwil atau BMT) per Juni 2019 mencapai US $ 94,44 miliar dengan pangsa pasar 8,29 persen.
Lalu total aset perbankan syariah tercatat sebesar Rp 499,34 triliun atau 5,95 persen dari total pangsa pasar keuangan syariah. Kemudian sektor keuangan non-bank syariah yang mencakup asuransi syariah, pembiayaan syariah, dan lembaga keuangan non-bank syariah lainnya mencapai Rp 102,06 triliun, dan reksadana syariah mencatat aset sebesar Rp33,06 triliun sedangkan sukuk negara dan sukuk korporasi adalah Rp 700,95 triliun.