Tiga Ekonom Raih Nobel Berkat Usaha Mengurangi Kemiskinan Global

Reporter

Fajar Pebrianto

Editor

Rahma Tri

Selasa, 15 Oktober 2019 06:37 WIB

Penghargaan Nobel.[www.independent.ng]

TEMPO.CO, Jakarta - The Royal Swedish Academy of Sciences memberikan penghargaan Sveriges Riksbank in Economic Science alias Nobel Ekonomi tahun 2019 kepada tiga orang ekonom yang mengajar di kampus di Amerika Serikat. Ketiga ekonom tersebut yaitu Abhijit Banerjee dan Esther Duflo dari kampus Massachusetts Institute of Technology (MIT), Cambridge dan Michael Kremer dari Universitas Harvard.

“Penghargaan atas pendekatan eksperimental dalam riset mereka untuk mengurangi kemiskinan global,” tulis pihak The Royal Swedish Academy of Sciences di Swedia dalam keterangan di laman resmi mereka, Senin, 14 Oktober 2019.

Panitia Nobel menilai, riset yang dikerjakan oleh ketiga ekonom tersebut mampu meningkatkan kemampuan dunia untuk melawan kemiskinan.

Menurut mereka, salah satu isu kemanusiaan yang paling urgen saat ini adalah mengurangi kemiskinan global dalam segala bentuk. Sebab, lebih dari 700 juta manusia masih hidup dengan pendapatan yang sangat rendah.

Selain itu, setiap tahunnya, sekitar 5 juta anak-anak di bawah umur 5 tahun meninggal dunia karena penyakit, tanpa pernah mendapatkan pencegahan atau pengobatan. Terakhir, setengah dari anak-anak di dunia putus sekolah tanpa kemampuan dasar angka dan literasi.

Advertising
Advertising

Ketiga ekonom ini pun menghadirkan pendekatan eksperimental dengan memecah persoalan kemiskinan tersebut menjadi lebih kecil agar lebih mudah dikelola. Ekonom asal Amerika Serikat, Michael Kremer dan koleganya misalkan, pada pertengahan 1990, mendemonstrasikan bagaimana pendekatan ini sangat berdampak untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kenya Barat, Afrika.

Sementara itu, Banerjee yang lahir di India dan Duflo dari Perancis pun juga melakukan studi yang serupa untuk beragam isu di negara lainya. Riset lewat pendekatan eksperimental yang mereka lakukan pun sekarang mendominasi keseluruhan perkembangan ilmu ekonomi pembangunan. Salah satu implementasi hasil riset ini diterapkan di beberapa negara, salah satunya lewat kebijakan subsidi kesehatan.

Salah satu pemenang Nobel, Duflo, mengatakan bahwa pendekatan eksperimental ini berawal ide bahwa banyak orang yang ingin membantu mengurangi kemiskinan, tidak mengerti akar masalah sebenarnya. “Apa yang kami coba lakukan dalam pendekatan ini adalah, ‘mari lihat masalahnya satu demi satu, lalu selesaikan secara saintifik,” kata dia, dikutip dari laman resmi Reuters.

FAJAR PEBRIANTO | REUTERS

Berita terkait

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

5 hari lalu

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

Eks menteri keamanan Panama memenangkan pilpres setelah menggantikan mantan presiden Ricardo Martinelli dalam surat suara.

Baca Selengkapnya

Kepala Bappenas Sanjung Pemerintahan Jokowi: Ekonomi RI Stabil di Kisaran 5 Persen

5 hari lalu

Kepala Bappenas Sanjung Pemerintahan Jokowi: Ekonomi RI Stabil di Kisaran 5 Persen

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menyanjung pemerintahan Presiden Jokowi karena pertumbuhan ekonomi RI stabil pada kisaran 5 persen.

Baca Selengkapnya

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

9 hari lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

159 Tahun Cornell University, Lahirkan 62 Pemenang Nobel

13 hari lalu

159 Tahun Cornell University, Lahirkan 62 Pemenang Nobel

Cornell University di Ithaca, New York, AS telah menghasilkan 62 pemenang nobel dari alumninya. Usia kampus ini 159 tahun.

Baca Selengkapnya

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

16 hari lalu

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

Berikut ini daftar negara termiskin di dunia pada 2024 berdasarkan PDB per kapita, semuanya berada di benua Afrika.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

20 hari lalu

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. Apa saja yang dibicarakan?

Baca Selengkapnya

Prabowo Bertemu Tony Blair Bahas Strategi Pengentasan Kemiskinan hingga Pemberdayaan Ekonomi Lokal

22 hari lalu

Prabowo Bertemu Tony Blair Bahas Strategi Pengentasan Kemiskinan hingga Pemberdayaan Ekonomi Lokal

Tony Blair dan Prabowo Subianto berdiskusi membahas isu-isu global dan strategi untuk mewujudkan visi Indonesia menjadi negara maju

Baca Selengkapnya

Muhadjir Effendy Sebut Anggaran Rp 496,8 Triliun untuk Perlinsos Sudah Disetujui DPR

37 hari lalu

Muhadjir Effendy Sebut Anggaran Rp 496,8 Triliun untuk Perlinsos Sudah Disetujui DPR

Muhadjir Effendy menyebut program perlinsos ditujukan untuk menurunkan tingkat kemiskinan masyarakat Indonesia.

Baca Selengkapnya

Muhadjir Effendy Sebut Bansos Penting untuk Dorong Daya Beli Masyarakat Miskin

37 hari lalu

Muhadjir Effendy Sebut Bansos Penting untuk Dorong Daya Beli Masyarakat Miskin

Tak hanya Muhadjir, tiga menteri lain juga turut memberikan keterangan terkait bansos di sidang sengketa pilpres hari ini.

Baca Selengkapnya

Perpustakaan Harvard Menghilangkan Kulit Manusia dari Buku Koleksinya

44 hari lalu

Perpustakaan Harvard Menghilangkan Kulit Manusia dari Buku Koleksinya

Seorang dokter Prancis "mengikat buku itu dengan kulit manusia yang diambil tanpa persetujuan dari jasad pasien wanita," menurut Perpustakan Harvard

Baca Selengkapnya