Bank Indonesia Antisipasi Kekeringan Likuiditas

Reporter

Bisnis.com

Jumat, 27 September 2019 07:05 WIB

Jajaran Deputi BI Dody Budi Waluyo saat mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di gedung BI, Jakarta, Kamis, 18 Juli 2019. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia atau BI Dody Waluyo menilai risiko pengetatan likuiditas telah dimitigasi dengan sejumlah kebijakan. Seperti diketahui, bank sentral telah merelaksasi giro wajib minimum (GWM) dan juga menyempurnakan rasio intermediasi makroprudensial (RIM) dengan mengikutsertakan komponen pinjaman yang memiliki jangka waktu lebih dari sama dengan 1 tahun.

Dody mengatakan bahwa selanjutnya kecukupan likuiditas senantiasa dipantau secara periodik. “Dampak dari kebijakan akan terus dimonitor,” katanya kepada Bisnis, Kamis, 26 September 2019.

Sebelumnya, penyempurnaan komponen perhitungan RIM adalah kredit ditambah dengan surat berharga yang dimiliki bank dibagi dengan dana pihak ketiga ditambah dengan surat berharga yang diterbitkan. BI menambahkan pinjaman dengan jangka waktu lebih dari satu tahun dalam pembagi sumber dana.

Dia melanjutkan bahwa apabila persepsi positif investor dapat dijaga, arus modal akan tetap mengalir. Hal ini akan berimbas pada realisasi fiskal sesuai perkiraan. Pada akhirnya likuiditas memadai untuk menopang kegiatan perekonomian termasuk mendorong pembiayaan.

Likuiditas merupakan kunci bagi bank untuk ekspansi kredit atau pembiayaan. Bank harus mengimbangi antara pertumbuhan sumber dana dan juga penyaluran dana.

Dalam jangka panjang, perbankan perlu lebih kreatif mencari sumber dana, utamanya yang telah menyentuh batas atas RIM. Bank sentral mewajibkan bank menjaga rentang RIM pada posisi 84 persen hingga 94 persen.

“Kebijakan RIM tidak mendorong bank untuk ekspansi jika kualitas kredit buruk dan permodalan nya rendah dari batasan yang ditetapkan,” kata Dody.

Apabila ada bank yang memiliki rentang RIM kurang dari batas bawah atau lebih dari batas atas, maka akan dikenakan setoran RIM. Akan tetapi hal itu mengecualikan bank yang memiliki rasio kredit atau pembiayaan bermasalah lebih dari 5 persen dan/atau rasio kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) kurang dari 14 persen.

Adapun Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memproyeksikan rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) akan terus merangkak naik. Berdasarkan indikator likuiditas September 2019, LPS memprediksi tahun ini industri perbankan akan menutup buku dengan posisi LDR 96,8 persen. Kemudian 12 bulan setelahnya posisi LDR akan naik menjadi 100,6 persen.

BISNIS

Berita terkait

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

3 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

5 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

18 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya