Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

Selasa, 24 September 2019 20:44 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan pers APBN KiTa di kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin, 26 Agustus 2019. Kementerian Keuangan mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) per 31 Juli 2019 sebesar Rp183,7 triliun atau 1,14 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Sektor pertambangan dinilai tengah mengalami tekanan akibat terimbas pelemahan ekonomi dunia. Kondisi itu tampak pada penerimaan pajak serta bea masuk dan bea keluar yang mengalami kontraksi pada Agustus 2019.

"Kalau saya bilang pelemahan ekonomi dunia mempengaruhi harga komoditas, itu bisa terlihat dari penerimaan pajak pertambangan yang mengalami kontraksi 16,3 persen," ujar Sri Mulyani di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa, 24 September 2019.

Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, penerimaan pajak pada sektor pertambangan mengalami pertumbuhan hingga 71,6 persen. Sri Mulyani mengatakan data tersebut menyiratkan bahwa sektor pertambangan memang mengalami tekanan yang sangat dalam pada tahun ini. "Sehingga penerimaan pajaknya juga mengalami tekanan."

Pelemahan bisnsni pertambangan juga terkonfirmasi dengan data di bea keluar. Sebab, sektor pertambangan biasanya seiring dengan aktivitas ekspor. Berdasarkan data yang sama, terlihat bea keluar pada sektor pertambangan dan penggalian juga mengalami kontraksi 75,25 persen. Hal itu berkebalikan dengan kondisi tahun lalu saat sektor ini mengalami pertumbuhan hingga 200,24 persen.

Selain sektor pertambangan, Sri Mulyani juga mengatakan industri pengolahan turut mengalami tekanan. Pertumbuhan penerimaan pajak dari sektor ini -4,8 persen. Padahal, pada tahun lalu, sektor ini mengalami pertumbuhan 13,4 persen. Kondisi serupa terlihat dari penerimaan dari bea masuk yang mengalami kontraksi 5,10 persen dan penerimaan bea keluar yang kontraksi 12,58 persen.

"Industri pengolahan dilihat dari pajak maupun aktivitas industrinya melalui impor bahan baku atau bahan modal menandakan adanya pelemahan," ujar dia.

Sektor lain yang dinilai terdampak adalah sektor perdagangan. Kendati, penerimaan pajak dari sektor ini masih tumbuh meski hanya 1,5 persen. Pertumbuhan itu jauh lebih lambat dari tahun lalu yang mencapai 26,7 persen. Pada aktivitas perdagangan luar negeri terlihat penerimaan dari bea masuk mengalami kontraksi 8,4 persen, kendati penerimaan dari bea keluar masih tumbuh positif 41,9 persen. "Itu menandakan sektor ini tidak imun dari dampak pelemahan terutama yang berasal dari luar," kata Sri Mulyani.

Sebelumnya, Sri Mulyani mengatakan hingga akhir bulan lalu kondisi di berbagai negara memang kurang menggembirakan. Pasalnya, banyak negara yang pertumbuhan perekonomiannya melambat. Misalnya saja Amerika Serikat dan Eropa yang selama ini cukup kuat juga mengalami tren penurunan.

<!--more-->

Di samping itu Jepang pun terpantau masih bergerak di zona rendah. Sedangkan beberapa negara berkembang, seperti Meksiko dan Argentina, juga mengalami penurunan. "Brasil sedikit meningkat walau di level rendah."

Dengan kondisi seperti itu, ia mengatakan perekonomian global memang belum berubah dan masih konsisten melemah. Kondisi tersebut juga tecermin dengan melemahnya harga komoditas utama seperti batubara, minyak dan gas. Pada minyak, harga memang sempat terkerek naik ketika ada insiden serangan kepada kilang Saudi Aramco beberapa waktu lalu.

Dengan kondisi ekonomi melemah, Sri Mulyani mencatat kebijakan moneter negara-negara maju cenderung lebih longgar, baik dari suku bunga yang turun maupun keinginan menambah likuiditas. Itu terlihat juga pada kebijakan di Amerika Serikat dan Eropa.

Pada beberapa negara berkembang, kondisi itu juga memberi dampak positif dengan adanya arus modal yang masuk, terutama ke Tanah Air. Meskipun, kata Sri Mulyani, Indonesia masih perlu memperbaiki iklim investasi untuk menjaring keuntungan dari investasi asing langsung alias foreign direct investment.

Berita terkait

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

8 jam lalu

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

1 hari lalu

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

Tujuan beasiswa LPDP ini untuk mencetak tenaga kerja untuk memenuhi program hilirisasi industri berbasis tambang mineral di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

2 hari lalu

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

Wali Kota Medan Bobby Nasution boleh dibilang banjir penghargaan. Menantu Jokowi ini dapat penghargaan Satyalancana baru-baru ini.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

2 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

2 hari lalu

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

2 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

2 hari lalu

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penyaluran bantuan sosial atau Bansos selama Januari-Maret 2024 mencapai Rp 43 triliun.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

2 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

2 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran IKN Baru Mencapai 11 Persen

2 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran IKN Baru Mencapai 11 Persen

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa realisasi anggaran dari APBN untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) baru mencapai 11 per

Baca Selengkapnya