Bunga Acuan Turun, Indef: Harus Dibarengi Kebijakan Moneter Lain

Jumat, 20 September 2019 07:36 WIB

Petugas Bank Indonesia melayani petugas bank BCA melakukan setoran dan penarikan uang baru di kantor Bank Indonesia, Lhokseumawe, Aceh, Kamis, 16 Mei 2019. Uang baru ini disalurkan melalui 11 bank nasional dan daerah untuk menghadapi Idul Fitri mendatang. ANTARA/Rahmad

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia atau BI baru saja kembali memangkas tingkat suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin atau bps, menjadi 5,25 persen. Menanggapi hal tersebut, menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira hal tersebut dirasa tidak cukup jika tidak dibarengi kebijakan moneter lain.

Bhima menyebutkan sebenarnya kebijakan BI tersebut telah menciptakan momentum positif. "Tapi penurunan bunga tanpa adanya operasi untuk likuiditas itu nggak cukup," ujarnya, Kamis, 19 September 2019.

Menurut Bhima, saat ini bank konvensional masih enggan menurunkan bunga kreditnya karena likuiditas saat ini relatif terbatas. Hal itu terlihat dari loan to deposit ratio (LDR) industri perbankan masih mencapai 94 persen.

Artinya, kata Bhima, dunia perbankan masih berhati-hati dalam menyalurkan kredit karena ada kekhawatiran. "LDR-nya 94 persen, jadi ruang untuk ekspansinya kecil. Kalau nurunin (bunga kredit), dana depositonya pindah ke bank lain, likuditasnya makin seret," ucapnya.

Dia memprediksi, bahwa kebijakan penurunan suku bunga BI ini akan baru terasa manfaatnya maksimal lima bulan mendatang. "Baru berasa karena likuiditas ketat. Itu bikin bank tidak mau cepat-cepat ikutin BI. Itu aja masalah, likuitas dan bunga acuan," tambahnya.

Oleh karena itu Bhima menyarankan, selain menurunkan suku bunga, bank sentral itu juga harus mengeluarkan kebijakan moneter lain seperti pelonggaran rasio giro wajib minimun (GWM) bank umum yang saat ini masih dipatok 6 persen. Sedangkan bank umum syariah 4,5 persen. Dengan GWM rata-rata tetap berada di rasio 3 persen.

"Saran saya selain penurunan suku bunga dilanjutkan yang berikutnya penting adalah relaksasi moneter terutama GWM giro wajib minimum itu yang harus dilakukam BI kalau mau transmisi penurunan suku bunga acuan ke bunga kredit cepat," kata Bhima.

Berita terkait

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

22 menit lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

10 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

12 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Kota Paling Harum di Dunia Ini Ada di Yunani

1 hari lalu

Kota Paling Harum di Dunia Ini Ada di Yunani

Menurut studi HAYPP, Athena, ibukota Yunani menduduki peringkat pertama kota yang memiliki aroma paling harum

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

2 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

3 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

3 hari lalu

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

BTN mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 7,4 persen menjadi Rp 860 miliar pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

3 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya