Luhut Sebut Indonesia Belum Manfaatkan Perang Dagang, Benarkah?
Reporter
Eko Wahyudi
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Kamis, 5 September 2019 05:28 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan Indonesia tidak berhasil menangkap peluang dari perang dagang Amerika Serikat dan Cina. Mengutip perkataan World Bank bahwa tidak ada satu pun industri yang keluar dari Cina yang masuk ke dalam negeri.
"World Bank menyampaikan, dari 33 industri Cina yang relokasi, itu 23 relokasi ke Vietnam, yang 10 itu terpencar di negara-negara ASEAN lain seperti Kamboja, Myanmar, Thailand, malaysia, tidak satu pun di Indonesia," ujarnya saat sambutan di Balai Kartini, Jakarta Selatan, 4 September 2019.
Wakil Ketua Kadin untuk Hubungan Internasional Shinta Kamdani mengatakan Indonesia sulit menarik investasi tersebut. Menurutnya, jika dilihat dari rantai pasokan ekonomi dunia, Indonesia belum punya peranan penting sehingga sulit menarik investasi masuk ke dalam negeri.
"Memang kalau kita lihat, seberapa banyak kita jadi bagian dari global supply chain, unfortunately not. Kita bukan bagian dari global supply chain. Itu yang harus dibenahi dulu. Tapi kalau kita nunggu, mau sampai kapan," katanya dalam konferensi pers di Menara Kadin, Jakarta, Rabu 4 September 2019.
Dengan kondisi ekonomi dunia yang sedang mengalami ketidakpastian para pengusaha mencari peluang lain dengan negara-negara alternatif yang biasa menjadi target pasar dunia, dan mencari peluang seperti menyediakan produk pengganti yang sebelumnya di suplai oleh Cina untuk masuk pasar Amerika Serikat.
"Trade war kita lihat produk apa china diekspor dari Amerika Serikat yg bisa disubsitusi. menargetkan beberapa sektor utama," ucapnya.
Shinta mengungkapkan, untuk bisa meningkatkan ekspor tak melulu dari negara besar yang menjadi mitra dagang. Tapi juga bisa mendapat dari negara-negara kecil yang tidak biasa dikunjungi.
"Kalau kita lihat dengan keadaan ekonomi global yang sangat tak menentu, kita lihat banyak kesempatan yang harus kita ambil dari segi ekspor atau investasi. Kita tidak bisa tinggal diam dan harus approach lebih insentif ke negara-negara tersebut," ungkap dia.