Penurunan Suku Bunga BI, Bos Astra: Harus Disiasati dengan Baik
Reporter
Dias Prasongko
Editor
Martha Warta Silaban
Senin, 26 Agustus 2019 15:56 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Astra Internasional Tbk. menyambut baik keputusan Bank Indonesia atau BI yang menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen. Dia mengatakan penurunan ini sinyal positif bagi pelaku usaha tahun depan.
"BI menurunkan suku bunga lagi hal ini menandakan kebijakan ini harus disiasati dengan baik. Apalagi, sudah setengah tahun pertama ini penjualan roda 4 mengalami kesulitan. Apakah besok akan catch up, kita tunggu saja," kata Prijono di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta Selatan, Senin 26 Agustus 2019.
Prijono mengatakan, siasat tersebut harus dilakukan untuk menyusun strategi ekspansi dan menjaga keberlanjutan usaha pada 2020. Mengingat, tantangan di industri otomotif yang tengah melambat hingga semester 1 2019. Misalnya, penjualan mobil yang menurun antara 9-10 persen dan penjualan motor yang cenderung flat di angka 6,3 persen.
Data dari Gaikindo menunjukkan, sepanjang semester 1 2019 total penjualan mobil telah menurun sebesar 13 persen atau jumlahnya menjadi 481.557 ribu dari sebelumnya 553.773 ribu. Meski menurun, pangsa pasar milik Astra justru naik dari sebelumnya 48 persen menjadi 53 persen.
Sebelumnya, BI memutuskan untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin atau bps menjadi 5,5 persen. Selain itu, BI juga memutuskan untuk menurunkan suku bunga deposit facility menjadi 4,75 persen dan lending facility menjadi 6,25 persen masing-masing sebesar 25 bps.
"Kebijakan tersebut konsisten dengan rendahnya perkiraan inflasi yang berada di bawah titik tengah sasaran 3,5 persen serta tetap menariknya imbal hasil pasar keuangan domestik sehingga ikut mendukung stabilitas eksternal," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat mengelar konferensi pers di Jakarta, Kamis 22 Agustus 2019
Keputusan untuk menurunkan tingkat suku bunga tersebut juga sejalan dengan kebijakan pre-emptive BI. Khususnya untuk ikut mendorong pertumbuhan ekonomi domestik ke depan. Apalagi, ke depan ekonomi domestik masih harus menghadapi dampak dari adanya pelambatan ekonomi global.