Suku Bunga Acuan Turun, Darmin: Efek Tak Bisa Langsung
Reporter
Dias Prasongko
Editor
Rahma Tri
Jumat, 23 Agustus 2019 15:16 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan langkah Bank Indonesia atau BI untuk melonggarkan kebijakan makroekonomi lewat penurunan suku bunga acuan menjadi 5,5 persen sejalan dengan kondisi ekonomi global. Meski begitu, efek pelonggaran itu tak bisa langsung terlihat.
"Tentu efek penurunan suku bunga ada, tapi ngga bisa langsung, perlu ada waktu," kata Darmin kepada awak media usai memberikan pidato dalam acara Capital Market Summit & Expo 2019 di Assembly Hall, Jakarta Convention Center, Jakarta Selatan, Jumat 23 Agustus 2019.
Darmin memandang langkah Bank Indonesia tersebut telah sejalan dengan tren atau dinamika ekonomi global yang tengah melemah saat ini. Menurut dia, jika BI tidak melakukan pelonggaran, justru bisa membuat Indonesia terlambat mengambil momentum.
Kendati demikian, Darmin tak menjawab gamblang ketika ditanya terkait apakah penurunan suku bunga bisa ikut mengurangi pelebaran defisit transaksi berjalan. "Ya kalau dengan penurunan, itu inginnya investasi bertambah, ekspornya bertambah, defisitnya transaksinya turun," kata Darmin.
Sebelumnya, BI memutuskan untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin atau bps menjadi 5,5 persen. Selain itu, BI juga memutuskan untuk menurunkan suku bunga deposit facility menjadi 4,75 persen dan lending facility menjadi 6,25 persen masing-masing sebesar 25 bps.
"Kebijakan tersebut konsisten dengan rendahnya perkiranan inflasi yang berada di bawah titik tengah sasaran 3,5 persen serta tetap menariknya imbal hasil pasar keuangan domestik sehingga ikut mendukung stabilitas eksternal," kata Gubernur Bank Indonesi Perry Warjiyo saat mengelar konferensi pers di Jakarta, Kamis 22 Agustus 2019
Keputusan untuk menurunkan tingkat suku bunga tersebut juga sejalan dengan kebijakan pre-emtive BI. Khususnya untuk ikut mendorong pertumbuhan ekonomi domestik ke depan. Apalagi, ke depan ekonomi domestik masih harus menghadapi dampak dari adanya pelambatan ekonomi global.
DIAS PRASONGKO