TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia optimistis, pelonggaran kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga acuan menjadi 5,5 persen tidak akan membuat aliran modal asing ke Tanah Air berkurang. Justru sebaliknya, pemangkasan suku bunga itu akan memperbaiki kinerja aliran modal asing.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meyakini, aliran modal asing akan membaik setelah suku bunga turun. Saat ini inflow secara year to date (y-t-d) sudah mencapai Rp176,4 triliun."Memang tempo hari waktu meningkat ketegangan perdagangan jangka pendek ada yang outflow," jelas Perry, Kamis 22 Agustus 2019.
Sementara itu, kondisi neraca pembayaran pada kuartal II/2019 tercatat surplus akibat kenaikan neraca transaksi modal dan finansial sebesar US$7,1 miliar. Kondisi ini juga diakibatkan prospek perekonomian Indonesia yang tetap positif dan daya tarik investasi keuangan domestik yang tinggi.
Di lain pihak, defisit neraca transaksi berjalan meningkat dari US$7,0 miliar atau 2,6% dari PDB pada kuartal I/2019 menjadi US$8,4 miliar atau 3,0% dari PDB. Perry menyatakan kondisi ini dipicu perilaku musiman repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri, serta dampak volume perdagangan dunia dan harga komoditas yang turun.
Berdasarkan perkembangan tersebut, NPI sampai dengan semester I/2019 tetap surplus sebesar US$0,4 miliar, meskipun pada kuartal II/2019 mengalami defisit US$2,0 miliar.
BI memproyeksikan ketahanan eksternal diperkirakan tetap baik ditopang berlanjutnya surplus neraca modal dan finansial serta tetap terkendalinya defisit transaksi berjalan, 2019 sampai 2020 dalam kisaran 2,5–3 persen PDB.
Selain itu, Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2019 tercatat US$125,9 miliar setara dengan pembiayaan 7,3 bulan impor atau 7,0 bulan impor. Sementara itu, pembayaran utang luar negeri pemerintah berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.