Berbisnis Hewan Kurban di Tahun Politik: Dikira Sepi, Ternyata..
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Sabtu, 10 Agustus 2019 13:18 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Zabidi, pengusaha sapi dan kambing di kawasan Kembang Beji, Depok, mengaku salah memprediksi peluang bisnis hewan kurban pada masa Idul Adha tahun ini. Ia mulanya memperkirakan dagangannya akan sepi lantaran terimbas oleh sentimen tahun politik.
"Tahun ini penjualan di luar prediksi, karena biasanya tahun politik kan sepi, tapi ternyata daya beli masyarakat untuk membeli kurban tidak berkurang," ujar dia kepada Tempo, Sabtu, 10 Agustus 2019.
Ia mengatakan permintaan masyarakat tetap besar. Buktinya, stok sapi yang ia siapkan untuk penjualan selama periode Idul Adha tahun ini sudah ludes sejak H-5 Lebaran. Tahun ini, Zabidi menyetok sapi sebanyak 330 ekor, dengan rincian 250 ekor sapi Bali, 50 ekor sapi Jawa, dan 30 ekor sapi Kupang.
"Sekarang untuk sapi sudah habis terjual semua, ludes. Karena salah prediksi," ujar Zabidi. Padahal, jumlah itu sudah lebih banyak ketimbang tahun lalu yang hanya 200 ekor. Di samping itu, ia masih memiliki stok kambing sebanyak sekitar 15 ekor dari total stok 150 ekor yang disiapkan.
Menurut Zabidi, stok sapi jawa dan jawa diperoleh dari peternakannya sendiri di daerah Pati, Jawa Tengah. Sementara untuk sapi Bali, ia membeli dari pemasok asal Bali. Ia menyetok lebih banyak sapi bali lantaran banyak diminati masyarakat.
Selain karena dagingnya bagus, sapi asal Pulau Dewata memiliki lemak yang tipis dan tulang yang kecil. "Tapi kalau belum bisa perawatan, itu agak susah karena rewel dan sapi Bali ADG-nya kurang. ADG itu penambahan berat hidup per hari," ujar Zabidi.
Untuk harga, Zabidi membanderol sapi Jawa di kisaran Rp 23-25 juta, sapi Bali Rp 19-20 juta, sapi limosin di kisaran Rp 45 juta, dan kambing Rp 2,5-3,5 juta. Apabila semua dagangannya ludes, Zabidi mengatakan omzet yang dikantongi bisa mencapai Rp 5 miliar.
<!--more-->
Adapun modal yang dikeluarkan antara lain harga bibit sapi jawa limosin sebanyak Rp 15 juta, sapi Bali-Kupang Rp 9-10 juta, serta bibit kambing Rp 1-1,5 juta. Sementara biaya perawatannya, antara lain Rp 400 ribu per ekor per bulan untuk sapi dan Rp 75 ribu per ekor per bulan untuk kambing, dengan waktu perawatan bisa mencapai 4-5 bulan untuk penggemukan.
Kendati sudah tidak memiliki stok untuk dijual pada Idul Adha ini, Zabidi mengatakan tidak akan menyetok sapi anyar di sisa waktu ini. Ia lebih memilih membeli bibit untuk digemukkan lagi. "Perawatannya susah. Coba bayangkan kalau dalam jangka waktu sehari harus habis. Kendalanya kan hewan kurban itu di pengiriman dan perawatan," tuturnya.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian optimistis ketersediaan sapi potong dan hewan kurban lainnya mencukupi jelang perayaan Iduladha 2019 berdasarkan perhitungan jumlah populasi hewan ternak serta potensi kebutuhan.
Menyitir data Badan Pusat Statistik (BPS), Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita menyebutkan total populasi sapi potong, sapi perah, dan kerbau di Indonesia tahun ini mencapai 18,12 juta ekor dengan rincian populasi sapi potong sebanyak 16,65 juta ekor, sapi perah 604.467 ekor, dan kerbau sebanyak 877.673 ekor.
Dari total 16,65 juta sapi potong tersebut, jenis sapi Bali mendominasi dengan persentase 32,91 persen, disusul sapi jenis Onggole sebanyak 15,25 persen, Madura 6,79 persen, Simental 9,08 persen, Limosin 11,23 persen, Brahman 4,14 persen, Brahman Cros 0,36 persen, Aceh, 6,12 persen, dan sapi jenis lainnya 14,20 persen.
Perkiraan kebutuhan hewan kurban tahun ini diperkirakan akan tumbuh 10 persen. Ketut menyatakan pihaknya memproyeksikan kebutuhan pemotongan hewan dapat mencapai 1.346.712 ekor sepanjang tahun ini."Ini adalah angka estimasi jumlah pemotongan hewan kurban tahun ini. Kami perkirakan ada kenaikan jumlah pemotongan hewan kurban sebesar 10 persen dari jumlah pemotongan tahun lalu 2018," ungkap Ketut seperti dikutip dari keterangan resmi, Senin 5 Agustus 2019.