Penyebab Defisit Transaksi Berjalan Triwulan II 2019 Melebar Lagi
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Kodrat Setiawan
Jumat, 9 Agustus 2019 13:31 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Wijanarko menyampaikan defisit neraca transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) pada triwulan II 2019 kembali melebar. Kondisi ini, kata Onny, dipengaruhi oleh perilaku musiman repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri.
“Serta perekonomian global yang kurang menguntungkan,” kata dia dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat, 9 Agustus 2019.
Onny mengatakan, defisit neraca transaksi berjalan meningkat, dari US$ 7,0 miliar atau 2,6 persen dari PDB pada triwulan 1 2019, menjadi menjadi US$ 8,4 miliar atau 3 persen dari PDB. Selain repatriasi dan pembayaran bunga utang, pelebaran defisit juga terjadi akibat harga komoditas yang turun.
Selain itu, kata Onny, kinerja ekspor nonmigas menurun sejalan dampak perekonomian dunia yang melambat. Ekspor nonmigas tercatat US$ 37,2 miliar. Angka ini turun dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya sebesar US$ 38,2 miliar.
Di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas juga meningkat menjadi US$ 3,2 miliar dari US$ 2,2 miliar pada triwulan sebelumnya. Onny menyebut, kenaikan ini terjadi seiring dengan kenaikan rerata harga minyak global dan peningkatan permintaan musiman impor migas terkait hari raya Idul fitri dan libur sekolah.
Di triwulan I 2019, defisit transaksi berjalan sebenarnya mulai membaik. Saat itu, Onny mengatakan defisit triwulan I 2019 tercatat sebesar US$ 7,0 miliar atau 2,6 persen dari PDB, lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai US$ 9,2 miliar atau 3,6 persen dari PDB.
"Penurunan defisit neraca transaksi berjalan terutama didukung peningkatan surplus neraca perdagangan barang sejalan dengan peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas dan perbaikan defisit neraca perdagangan migas," kata Onny dalam keterangan tertulis, Jumat, 10 Mei 2019.
FAJAR PEBRIANTO