Suku Bunga Turun, OJK: Amunisi Bagus untuk Pertumbuhan Kredit
Reporter
Dias Prasongko
Editor
Rahma Tri
Rabu, 24 Juli 2019 16:17 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan atau OJK menyatakan rasa terima kasih karena Bank Indonesia atau BI akhirnya telah menetapkan kebijakan untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan dari 6 persen menjadi 5,75 persen.
"Karena Bank Indonesia telah melonggarkan Giro Wajib Minimum dan tingkat suku bunga, ini adalah amunisi yang bagus untuk kami tetap optimis pencapaian pertumbuhan kredit di akhir tahun," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso saat mengelar jumpa pers di Menara Radius Prawiro, Jakarta Pusat, Rabu 24 Juli 2019.
Wimboh menjelaskan, dengan pelonggaran kebijakan suku bunga oleh BI, OJK optimis target pertumbuhan kredit sepanjang tahun bisa menembus 12 persen plus minus 1 persen sepanjang 2019. Apalagi, ke depan, tren tingkat suku bunga dipastikan bakal akan terus melonggar.
Selain itu, menurut Wimboh, kondisi likuiditas perbankan saat ini juga masih dalam kondisi yang baik. Untuk menjaga tingkat likuditas tetap aman pada masing-masing bank, Wimboh meminta seluruh bank untuk meningkatkan efisiensi.
"Kami dorong untuk peningkatan efisiensi menjadi prioritas, dan teknologi itu merupakan salah satu tools dalam bisnis untuk memanage cost atau biaya dana yang ada," kata Wimboh.
<!--more-->
Menurut Wimboh, pemanfaatan teknologi dalam dunia perbankan, bisa ikut mendorong pendapatan bank karena mengurangi biaya dana. Salah satunya, dengan memperoleh pendapatan lain melalui fee based atau pendapatan non bunga.
Sebelumnya, OJK telah merilis data terbaru terkait kinerja sektor jasa keuangan. OJK menyebut stabilitas sektor jasa keuangan masih terjaga karena kinerja intermediasi yang masih positif dan profil risiko jasa keuangan yang masih terkendali.
Indikator lain yang positif itu, misalnya terekam lewat penyaluran kredit perbankan yang ikut tumbuh stabil pada level 9,92 persen yoy. Adapun pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor listrik, air, dan gas, konstruksi, serta pertambangan.
Sedangkan, piutang pembiayaan tumbuh sebesar 4,29 persen yoy. Kondisi ini didorong oleh pertumbuhan pembiayaan pada sektor industri pengolahan, pertambangan, dan rumah tangga.
Seiring dengan penurunan suku bunga, profil risiko lembaga jasa keuangan juga terjaga pada level yang terkendali. Kondisi itu tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) gross sebesar 2,50 persen. Rasio ini terendah pada posisi akhir Semester I dalam lima tahun terakhir.
DIAS PRASONGKO