Kirim Kereta ke Bangladesh, PT INKA Masih Garap 174 Gerbong Lagi

Reporter

Antara

Editor

Rahma Tri

Selasa, 23 Juli 2019 15:19 WIB

Petugas memberangkatkan pengiriman kereta ke Bangladesh melalui Pelabuhan Tanjungperak Surabaya dari PT Industri Kereta Api (Inka) Madiun, Jawa Timur, Jumat, 19 April 2019. Kereta produksi PT Inka tersebut merupakan bagian dari 250 kereta pesanan Bangladesh dengan nilai kontrak Rp.1,4 triliun. ANTARA/Siswowidodo

TEMPO.CO, Surabaya - PT INKA (Persero) mengirimkan sebanyak 26 gerbong kereta api ke Chittagong Port, Bangladesh, melalui Terminal Jamrud II, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Dengan demikian, masih ada 174 gerbong kereta lagi yang masih harus dikirimkan ke negara itu.

Pengiriman 26 gerbong ini adalah bagian dari lanjutan kerja sama ekspor ke negara itu dari total pesanan 250 gerbong. Direktur Utama PT INKA Budi Noviantoro mengatakan sebanyak 26 kereta tersebut dijadwalkan tiba di Chittagong Port, Bangladesh pada awal Agustus 2019.

"Sisanya 174 ditarget dikirim sebelum akhir tahun 2019, " kata dia di Surabaya, Selasa 23 Juli 2019.

Pesanan 250 kereta penumpang tersebut merupakan hasil tender yang dimenangkan PT INKA (Persero) pada tahun 2017 dengan nilai kontrak sebesar US$ 100,89 juta.

Pada tahun 2016, PT INKA (Persero) juga telah mengekspor sebanyak 150 kereta dengan nilai kontrak sebesar US$ 72,39 juta dan 50 kereta ke Bangladesh pada tahun 2006. Untuk pengiriman itu, INKA maraup nilai kontrak sebesar US$13,8 juta.

Sebelumnya, untuk 50 kereta yang telah dikirim pada Januari 2019 adalah tipe broad gauge (BG)."Kalau yang 26 kereta kami kirim sekarang, ditarget sudah bisa dipakai oleh mereka (Bangladesh) pada momen Idul Adha 2019, dan itu keinginan mereka," Budi menambahkan.

Sementara itu, perbedaan tipe BG dan kereta MG terletak pada lebar track (track gauge) yang digunakan. Adapun untuk kereta tipe BG digunakan pada track dengan lebar 1.676 mm sedangkan kereta tipe MG digunakan pada track dengan lebar 1.000 mm.

PT INKA akan merangkai masing-masing tipe dengani beberapa jenis kereta, baik yang menggunakan air conditioned (AC) maupun non-AC, yakni WJC (kereta tidur AC), WJCC (kereta penumpang AC), WEC (kereta penumpang non-AC), WPC (kereta pembangkit), dan WECDR (kereta makan).

ANTARA

Advertising
Advertising

Berita terkait

43 Tahun PT Inka, Berikut Profil Perusahaan BUMN Manufaktur Kereta Api

1 hari lalu

43 Tahun PT Inka, Berikut Profil Perusahaan BUMN Manufaktur Kereta Api

PT Inka tahun ini memasuki usia ke-43. Perusahaan persero ini memproduksi manufaktur untuk perkeretaapian, produknya telah menyebar ke mancanegara.

Baca Selengkapnya

Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Jelaskan soal Tudingan Intimidasi dengan Menyebut Anak Hakim Tinggi

1 hari lalu

Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Jelaskan soal Tudingan Intimidasi dengan Menyebut Anak Hakim Tinggi

Istri eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean membantah apabila dia pernah mengintimidasi Wijanto Tirtasana, bekas kongsi bisnisnya.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta soal Pinjaman Rp 7 Miliar yang jadi Polemik

1 hari lalu

Penjelasan Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta soal Pinjaman Rp 7 Miliar yang jadi Polemik

Margaret Christina Yudhi Handayani Rampalodji, istri bekas Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean menjelaskan asal-usul Rp 7 miliar.

Baca Selengkapnya

Menilik Pemandangan Danau Superior dengan Kereta Api Duluth Zephyr

1 hari lalu

Menilik Pemandangan Danau Superior dengan Kereta Api Duluth Zephyr

Selama perjalanan kereta api 75 menit wisatawan akan dimanjakan pemandangan kota dan Danau Superior

Baca Selengkapnya

Zulkifli Hasan Klaim Neraca Perdagangan Surplus tapi Ekspor Turun

2 hari lalu

Zulkifli Hasan Klaim Neraca Perdagangan Surplus tapi Ekspor Turun

Mendag Zulkifli Hasan klaim neraca perdagangan surplus tapi ekspor turun.

Baca Selengkapnya

Impor Turun, Mendag Zulkifli Hasan: Produksi Menurun

2 hari lalu

Impor Turun, Mendag Zulkifli Hasan: Produksi Menurun

Menteri Perdagangan Indonesia, Zulkifli Hasan mengatakan ada penurunan impor non-migas pada April 2024.

Baca Selengkapnya

Tingkatkan Ekspor ke Amerika Selatan, Kemendag Akan Pakai Perjanjian Perdagangan Bilateral dengan Cile

2 hari lalu

Tingkatkan Ekspor ke Amerika Selatan, Kemendag Akan Pakai Perjanjian Perdagangan Bilateral dengan Cile

Kemendag berencana memanfaatkan perjanjian dagang bilateralnya dengan Cile untuk meningkatkan ekspor ke Amerika Selatan.

Baca Selengkapnya

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

3 hari lalu

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memberikan analisis soal nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS belakangan ini.

Baca Selengkapnya

BPH Migas Minta PT KAI Optimalkan Pemanfaatan BBM Bersubsidi

3 hari lalu

BPH Migas Minta PT KAI Optimalkan Pemanfaatan BBM Bersubsidi

Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi atau BPH Migas mendorong PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) memaksimalkan pemanfaatan BBM bersubsidi.

Baca Selengkapnya

BPS Catat Nilai Ekspor Nikel Naik 45,85 Persen pada April 2024

4 hari lalu

BPS Catat Nilai Ekspor Nikel Naik 45,85 Persen pada April 2024

BPS menyebut nilai ekspor komoditas nikel dan barang daripadanya mengalami kenaikan sebesar US$ 210,6 juta atau 45,85 persen pada April 2024.

Baca Selengkapnya