Suasana gelar griya atau open house di kediaman Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Rabu, 5 Juni 2019. TEMPO/Francisca Christy Rosana
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) membuka ruang kebijakan moneter yang akomodatif sejalan dengan rendahnya inflasi dan upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. Dengan demikian, secara tersirat bank sentral bisa memangkas suku bunga acuan ke depannya.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, arah kebijakan akomodatif tersebut akan diambil dengan memperhatikan sejumlah perkembangan, di antaranya kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal perekonomian domestik.
“BI akan terus mencermati kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal perekonomian Indonesia, dalam mempertimbangkan terbukanya ruang kebijakan moneter yang akomodatif sejalan dengan rendahnya inflasi dan perlunya mendorong ekonomi dalam negeri,” ujar Perry, Selasa, 11 Juni 2019.
Sejalan dengan itu, BI juga masih terus menjalankan kebijakan makro prudensial yang akomodatif melalui berbagai instrumen, termasuk financing to funding ratio (FFR).
"Kami juga akan terus mendorong pendalaman pasar keuangan untuk mendukung pembiayaan ekonomi.”
Kepala Ekonom PT Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro berpendapat bahwa saat ini adalah waktu yang tepat bagi BI untuk memangkas suku bunga. Pasalnya, rating kredit Indonesia dari S&P meningkat, sinyal penurunan suku bunga oleh Amerika Serikat (AS), pelemahan dolar AS, penurunan imbal hasil surat utang AS, penurunan harga minyak, dan pemotongan suku bunga yang sudah dilakukan oleh sejumlah bank sentral di Asia.
“Kami ragu jika faktor-faktor ini akan kembali terjadi pada waktu bersamaan lagi tahun ini, sehingga bulan ini [Juni] adalah waktu yang tepat bagi bank sentral untuk memotong suku bunga dari level 6 persen,” ujar Satria.
Di sisi lain, Satria menilai pemotongan suku bunga oleh BI akan tergantung pada momentum sehingga pergerakan nilai tukar rupiah tetap stabil.
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
4 hari lalu
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.