TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memberikan sinyal tipis tentang kebijakan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat. Hal ini sejalan dengan rencana kalibrasi bauran kebijakan untuk mendorong ekonomi.
Baca: Menjelang Libur Lebaran, IHSG dan Rupiah Menguat Tajam
Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan akan terus mengkalibrasi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan juga mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam artian, BI akan merespons lebih jauh, baik dari sisi suku bunga, kecukupan dari likuiditas, relaksasi makroprudensial, akselerasi pendalaman pasar keuangan, sistem pembayaran dan ekonomi keuangan syariah. "Kami akan review dari waktu ke waktu dengan melihat kondisi global," kata Perry di sela-sela halalbihalal, Senin 10 Juni 2019.
Perry menambahkan, BI akan terus memperkuat bauran kebijakan dengan terus bersinergi pemerintah dengan OJK dan LPS dengan dunia usaha, serta dunia perbankan dan sektor keuangan.
Kepala Ekonom PT Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro menuturkan, sebelum ini Bahana sudah berpendapat bahwa pemotongan suku bunga BI akan tergantung pada momentum sehingga Rupiah akan tetap stabil. Kini, ia melihat kondisi sekaranglebih mendukung bagi penurunan suku bunga BI, yaitu ketika peningkatan rating kredit Indonesia dari S&P, sinyal penurunan suku bunga AS, pelemahan dolar AS, penurunan imbal hasil surat utang AS, penurunan tajam harga minyak, dan pemotongan suku bunga yang sudah dilakukan oleh sejumlah bank sentral di Asia.
"Kami ragu jika faktor-faktor ini akan kembali terjadi pada waktu bersamaan lagi tahun ini, sehingga bulan ini adalah waktu yang tepat bagi bank sentral untuk memotong suku bunga dari level 6 persen," ujar Satria, Senin.
Satria menambahkan BI seharusnya tidak perlu khawatir terkait dengan tekanan di neraca perdagangan karena kondisi ini tidak menghalangi bank sentral di Asia Pasifik untuk memangkas suku bunga.
Baca: Harga Tiket Pesawat Turun, BI Prediksi Inflasi Mei 0,47 Persen
Dalam dua bulan terakhir, bank sentral Australia, India, Malaysia and Filipina telah memangkas suku bunga sebagai antisipasi pelemahan ekonomi di dalam negeri. "Penurunan suku bunga diambil meskipun negara-negara ini mengalami pelemahan ekspor yang menghantam neraca eksternalnya. Kami melihat ini adalah fenomena global," kata Satria.
Sebaliknya, Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BNI) Ryan Kiryanto menilai risiko pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia pada bulan ini lumayan besar. "Jangan dulu, lihat inflasi Juni yang kayaknya masih cukup tinggi sebagai ekses Lebaran," kata dia.
BISNIS