Defisit Neraca Perdagangan Diprediksi Berlanjut Triwulan II 2019

Reporter

Caesar Akbar

Sabtu, 18 Mei 2019 15:21 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani didampingi Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat akan melepas mobil yang akan diekspor setelah peluncuran aturan penyederhanaan ekspor kendaraan utuh di Dermaga PT Indonesia Kendaraan Terminal, Jakarta, Selasa, 12 Februari 2019. Dengan adanya kemudahan yang diberikan pemerintah, diharapkan defisit neraca perdagangan bisa diatasi dengan menggenjot ekspor. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance alias Indef Bhima Yudhistira memprediksi defisit neraca perdagangan terus berlanjut di triwulan II 2019.

Baca juga:
Defisit Perdagangan, Darmin Nasution Dorong Investasi 2 Industri

"Betul, apalagi Ramadan sampai Lebaran di Juni kebutuhan impor tinggi, jadi akan konsisten melanjutkan defisit," ujar dia Kamis, 17 Mei 2019.

Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat neraca perdagangan pada April 2019 mengalami defisit sebesar US$ 2,5 miliar. Defisit ini berasal dari nilai impor yang mencapai US$ 15,09 miliar, sementara capaian ekspor hanya sebesar US$ 12,59 miliar.

Bhima mengatakan ada sejumlah faktor yang menyebabkan neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit. Pertama, kata Bhima, adalah perlambatan ekonomi global. Hal tersebut berpengaruh pada permintaan bahan baku dan barang setengah jadi dari Indonesia.

Dalam rantai pasok global, posisi Indonesia juga terkena imbas perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina. Akibat ketegangan itu, ekspor ke AS dan Cina pada April masing-masing turun 5 persen dan 10 persen secara tahunan.

"Trade war juga membuat harga komoditas unggulan masih rendah seperti harga CPO, karet dan batubara sehingga berdampak signifikan terhadap turunnya kinerja ekspor," kata dia.

Di samping itu, Bhima mengatakan ekspor migas yang menurun 42 persen dibanding periode sama tahun lalu ini disebabkan rendahnya harga minyak mentah, penurunan permintaan dan kebijakan pemerintah untuk alokasi pasokan domestik sebagai persiapan BBM menjelang arus mudik lebaran. Sementara, lifting minyak dalam negeri terus merosot dari tahun ke tahun. "Untuk penuhi kebutuhan dalam negeri saja impor BBM terus banjir."

Pada sisi impor, Bhima mengatakan negara yang terlibat perang dagang banyak mengalihkan kelebihan produksinya ke Indonesia. Pernyataan itu didukung data peningkatan impor barang konsumsi sepanjang April sebesar 24 persen dibanding bulan sebelumnya. Tercatat, impor spesifik asal Cina tumbuh 22 persen secara tahunan. Ia berujar Indonesia juga semakin kepada barang impor untuk memenuhi kebutuhan, khususnya pada Ramadan hingga Lebaran.

"Pengaruhnya, kinerja net ekspor pada kuartal II diperkirakan masih tumbuh negatif. Ekonomi sepanjang tahun akan terimbas pelemahan net ekspor. Outlook ekonomi 2019 hanya tumbuh 5 persen," kata dia.

Baca berita Neraca Perdagangan lainnya di Tempo.co

Berita terkait

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

9 jam lalu

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

Pemerintah diminta untuk mengantisipasi potensi menurunnya kinerja konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II 2024.

Baca Selengkapnya

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

3 hari lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

11 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

15 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

15 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

15 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

16 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Wamendag Optimistis Neraca Perdagangan Indonesia Tetap Surplus di Tengah Konflik Iran-Israel

18 hari lalu

Wamendag Optimistis Neraca Perdagangan Indonesia Tetap Surplus di Tengah Konflik Iran-Israel

Jerry Sambuaga optimistis neraca perdagangan Indonesia tetap surplus di tengah situasi geopolitik saat ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Indonesia Terancam Twin Deficit, Apa Itu?

19 hari lalu

Pengamat Sebut Indonesia Terancam Twin Deficit, Apa Itu?

Indonesia berisiko menghadapi kondisi 'twin deficit' seiring dengan menurunnya surplus neraca perdagangan.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Sepakat Jaga Defisit Anggaran 2025 3 Persen, Apindo: Penyusunan RAPBN Mesti Displin

25 hari lalu

Pemerintah Sepakat Jaga Defisit Anggaran 2025 3 Persen, Apindo: Penyusunan RAPBN Mesti Displin

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menanggapi soal keputusan pemerintah menjaga defisit APBN 2025 di bawah 3 persen.

Baca Selengkapnya