Triwulan I, Industri Manufaktur Besar Tumbuh 4,45 Persen
Reporter
Dias Prasongko
Editor
Rahma Tri
Sabtu, 4 Mei 2019 17:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto mengatakan bahwa kinerja industri manufaktur terus menunjukkan perbaikan pada triwulan I 2019. Dia mengatakan, salah satu indikatornya adalah kinerja produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) yang naik 4,45 persen secara year on year (yoy).
Baca: Prabowo Sebut Deindustrialisasi, Kemenperin: RI Ranking 5 di G20
"Jumlah tersebut juga lebih lebih tinggi dari total kinerja manufaktur sepanjang 2018 yang hanya 4,07 persen. Kenaikan produksi IBS ditopang oleh sektor industri pakaian jadi yang naik 29,19 persen karena melimpahnya order, terutama dari pasar ekspor," kata Airlangga seperti dikutip dari laman Setkab.go.id, Sabtu 4 Mei 2019.
Menurut Airlangga, berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri tekstil dan pakaian merupakan satu dari lima sektor yang disiapkan menjadi andalan dalam penerapan industri. Industri Teksti dan Produk Tekstil (TPT) merupakan salah satu sektor manufaktur yang masuk dalam kategori strategis dan prioritas dalam menopang perekonomian domestik.
Apalagi, Airlangga melanjutkan, kemampuan industri TPT dalam dua tahun terakhir memang semakin kompetitif, baik di pasar domestik maupun global. Kondisi itu terlihat pada laju pertumbuhan industri TPT sepanjang tahun 2018 yang tercatat di angka 8,73 persen atau mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,17 persen.
"Ini yang menjadikan industri TPT sebagai sektor padat karya dan berorientasi ekspor,” kata Airlangga.
Selain itu, Kementerian Perindustrian juga mencatat bahwa sepanjang tahun 2018, industri TPT menjadi penghasil devisa yang cukup signifikan dengan nilai ekspor mencapai US$ 13,22 miliar. Nilai ekspor ini naik 5,55 persen dibandingkan 2017. Selain itu, industri TPT juga mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 3,6 juta orang.
Sementara itu, sektor IBS lain yang produksinya tumbuh pesat adalah industri minuman sebesar 24,8 persen, lalu disusul industri percetakan dan reproduksi media rekaman 21,44 persen, industri pengolahan tembakau 17,19 persen, dan industri furnitur 12,92 persen.
Baca: Prabowo Sebut RI Alami Deindustrialisasi, Tak Produksi Apa-apa
Sebelumnya, dalam debat capres terakhir 13 April 2019 lalu, calon presiden no 02, Prabowo Subianto menuding Indonesia telah mengalami deindustrialisasi. "Indonesia tidak memproduksi apa-apa, kita menerima barang produksi dari bangsa lain," ujar dia.
Tudingan ini langsung dibantah oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto yang mengatakan bahwa performa industri manufaktur Indonesia periode 2018 hingga Maret 2019 mencapai 52,65 persen. "Hal ini menunjukkan sektor industri manufaktur berada pada level yang ekspansif," kata dia.
DIAS PRASONGKO