Jokowi Unggul Versi Quick Count, Infrastruktur Bakal Dilanjutkan

Kamis, 18 April 2019 15:20 WIB

Pasangan capres dan cawapres nomor urut 01, Joko Widodo alias Jokowi - KH Ma'ruf memberikan keterangan pers hasil hitung cepat Pemilu 2019 atau quick count Poltracking Indonesia di Jakarta Teater, Jakarta, Rabu, 17 April 2019. Jokowi meminta masyarakat untuk menunggu hasil penghitungan resmi KPU. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Hasil quick count atau hitung cepat sejumlah lembaga yang memperkirakan Joko Widodo atau Jokowi akan melanjutkan kembali pemerintahan untuk lima tahun mendatang ditanggapi oleh perusahaan investasi global Morgan Stanley.

Baca: Sehari Setelah Pemilu, Jokowi Rapat Bahas Investasi Arab Saudi

Riset Morgan Stanely menilai kembali terpilihnya Jokowi sebagai Presiden RI bakal berpengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia. Sebab, kebijakan pemerintahan saat ini diyakini akan dilanjutkan termasuk dalam hal infrastruktur.

Hal ini disebutkan dalam hasil riset Morgan Stanley bertajuk Incumbent wins; what's next after the dust settles yang dirilis hari ini. Dalam riset itu dinyatakan hasil quick count secara tidak langsung menghilangkan ketidakpastian politik dan memberi sinyal berlanjutnya kebijakan yang diberlakukan pemerintah saat ini. Adapun hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) baru akan diumumkan pada 22 Mei 2019.

Dari quick count yang dilakukan berbagai lembaga survei, pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 01 unggul di kisaran 54 persen - 56 persen. Sementara pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendapat 44 persen - 46 persen suara.

Advertising
Advertising

Riset Morgan Stanley menyebutkan dalam hal prioritas kebijakan Jokowi pada periode selanjutnya, hal-hal yang kemungkinan akan dilakukannya adalah melanjutkan kebijakan pada periode pertama. "Fokus ke industrialisasi melalui pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan mengakselerasi perkembangan infrastruktur, melanjutkan reformasi fiskal untuk meningkatkan daya saing ekonomi, dan reformasi institusional untuk memperbaiki kinerja pemerintah," tulis riset yang disusun oleh ekonom Morgan Stanley Deyi Tan, Zac Su, dan Jonathan Cheung.

Morgan Stanley mencatat dalam pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, ada perkembangan signifikan di sisi infrastruktur, reformasi fiskal, iklim berusaha, serta upaya menekan angka kemiskinan dan ketimpangan. Di sisi infrastruktur misalnya, belanja pemerintah di sektor ini meningkat dari 1,8 persen PDB dan 10,2 persen dari total APBN pada 2013 menjadi 2,8 persen PDB dan 18,5 persen APBN pada 2018.

Di sisi reformasi fiskal, upaya yang dilakukan antara lain meningkatkan basis pajak, memperbaiki data dan sistem informasi pajak, mengerek kepatuhan pajak, dan mengatasi pengemplangan pajak. Program pengampunan pajak (tax amnesty) pada 2016 pun dipandang positif.

Kemudian, perbaikan iklim usaha di antaranya dilakukan melalui 16 paket kebijakan ekonomi yang mencakup berbagai sektor serta penyederhanaan proses perizinan untuk berusaha. Ada pula regulasi yang dikeluarkan untuk membantu memfasilitasi sektor-sektor yang terkait teknologi, misalnya e-commerce dan financial technology(fintech).

Adapun yang terkait kemiskinan dan ketimpangan adalah bantuan sosial (bansos) antara lain lewat Program Keluarga Harapan (PKH), perbaikan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), serta peningkatan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Seluruhnya diklaim mampu menekan angka kemiskinan dari 11,5 persen pada 2013 menjadi 9,7 persen pada tahun lalu, dan memperbaiki rasio Gini dari 0,41 persen pada 2013 ke level 0,38 persen pada 2018.

Morgan Stanley melanjutkan Indonesia memiliki struktur ekonomi yang terbilang kuat sehingga diproyeksi mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang kuat tahun ini, berbanding terbalik dari negara-negara lainnya di Asia yang diprediksi mengalami pertumbuhan yang moderat. Secara keseluruhan, ekonomi Indonesia diperkirakan mampu tumbuh 5,3 persen pada 2019, sedikit lebih baik dari realisasi tahun lalu yang sebesar 5,2 persen. Hal ini disebut didukung oleh tiga hal.

Pertama, melonggarnya tekanan pembiayaan luar negeri. Kombinasi dari melonggarnya kondisi finansial global dan membaiknya kondisi makro ekonomi dalam negeri dinilai dapat menjadi alasan bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan kembali BI 7-day (Reverse) Repo Rate (BI 7DRRR) hingga 75 bps pada kuartal III/2019.

Berdasarkan catatan Bisnis, BI 7DRRR berada di level 6 persen, saat ini. Bank sentral menaikkan suku bunga acuan sebesar 175 bps sejak 17 Mei 2018.

Kedua, Indonesia lebih terlindungi dari pertumbuhan ekonomi global yang moderat. Kinerja ekspor Indonesia diakui belum sesuai harapan dan turut terpengaruh oleh perang dagang. Namun, orientasi ekspor Indonesia yang lebih rendah dari negara-negara lain di Asia Tenggara justru dinilai turut membuat Indonesia lebih terlindungi dari momentum dagang yang merugikan.

Baca: Jokowi Unggul Versi Quick Count, Saham BUMN Karya Melesat

Ketiga, pengeluaran fiskal pada tahun politik ikut mendukung pertumbuhan ekonomi. Kebijakan fiskal Indonesia diperkirakan tak akan seagresif sebelum-sebelumnya dan defisit fiskal kemungkinan bakal melebar menjadi 2,1 persen pada 2019, dibandingkan 1,8 persen pada tahun lalu.

BISNIS

Berita terkait

Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

37 detik lalu

Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Presiden Jokowi menyoroti pentingnya infrastruktur kesehatan negara dalam jangka panjang.

Baca Selengkapnya

Jokowi Disebut Ajukan Budi Gunawan Masuk Kabinet Prabowo

1 jam lalu

Jokowi Disebut Ajukan Budi Gunawan Masuk Kabinet Prabowo

Pengajuan nama Budi Gunawan oleh Jokowi, kata narasumber yang sama, bertujuan untuk meluluhkan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri.

Baca Selengkapnya

Luhut Minta Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan, Siapa yang Dimaksud?

2 jam lalu

Luhut Minta Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan, Siapa yang Dimaksud?

Luhut menyebut istilah toxic saat berpesan kepada Prabowo Subianto tentang pemerintahan mendatang. Siapa yang dimaksud Luhut?

Baca Selengkapnya

Pasokan Pupuk Subsidi Ditambah, Mentan Dorong Petani Memanfaatkan

17 jam lalu

Pasokan Pupuk Subsidi Ditambah, Mentan Dorong Petani Memanfaatkan

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta petani manfaatkan alokasi pupuk subsidi.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

20 jam lalu

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

Presidential Club berisi para eks presiden Indonesia yang akan saling berdiskusi dan bertukar pikiran untuk menjaga silaturahmi dan menjadi teladan.

Baca Selengkapnya

Hari Ini Ruas Tol Jagorawi Diperbaiki hingga 12 Mei 2024 Mendatang, Simak Jadwal Lengkap dan Titik Lokasinya

22 jam lalu

Hari Ini Ruas Tol Jagorawi Diperbaiki hingga 12 Mei 2024 Mendatang, Simak Jadwal Lengkap dan Titik Lokasinya

PT Jasa Marga (Persero) Tbk. memperbaiki ruas Tol Jagorawi mulai hari ini, Ahad, 5 sampai 12 Mei 2024 mendatang

Baca Selengkapnya

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

1 hari lalu

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

1 hari lalu

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

Timnas Indonesia U-23 akan menghadapi Guinea di laga playoff Olimpiade Paris 2024 pada Kamis, 9 Mei mendatang.

Baca Selengkapnya

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

1 hari lalu

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

Justru, kata Muzani, Presiden Jokowi lah yang mendorong terselenggaranya pertemuan antara Prabowo dan Megawati.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

1 hari lalu

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

Pengamat Politik Adi Prayitno menilai pembentukan presidential club memiliki dua tujuan.

Baca Selengkapnya